Surat Firdaus Untuk Kang Jonru & 1 Juta Pengikut Facebooknya di Idul Adha 1438 H
Surat Firdaus Untuk Jonru dan Sejuta Pengikut akun Fb_nya
Selamat menikmati hari demi hari kang Jon Riah Ukur Ginting alias Jonru. Saya kebetulan anak bangsa yang tidak mau menJonru seperti ajakan kang Jonru, saya memilih mempunyai pemikiran dan pendapat pribadi. Sebuah upaya untuk merdeka dalam pemikiran dan tindakan dengan memakai logika-nurani. Bang Karni Ilyas selaku tuan rumah ILC ketika membahas Halal-Haram SARACEN menyampaikan kurang lebih sbb :
“Kegelapan hanya dapat diterangi atau dilawan dengan cahaya, karena hanya dengan cahaya maka kegelapan akan hilang.” (TV One, ILC, 29 Agustus 2017)
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sekalipun saya membenci kang Jonru dengan penghinaan kepada ibunda Presiden Jokowi, saya memutuskan untuk mengingatkan dan menjelaskan apa yang ada di pikiran saya kepada kang Jonru, tentunya sebagai saudara sebangsa dan yang kebetulan pula seagama.
Menurut saya pribadi, menyatakan belum jelasnya orang tua Bapak Jokowi itu penghinaan dan perendahan yang keterlaluan, salahnya ibunda bapak Jokowi apa kang Jonru ? Saya mencoba memahami bahwa perbedaan pandangan politik dapat menyebabkan kebencian dan kedengkian, dilatarbelakangi karena jabatan sebagai orang nomor 1 yang berkuasa, kepentingan yang kita bela -Islam atau duit kampanye atau pula idealisme pemikiran kita sebagai warga dalam memajukan negara melalui kontes pilpres hingga pilkades-.
Namun bila kampanye hingga menyatakan orang tua bapak Jokowi belum jelas itu sungguh keterlaluan yang luar biasa, karena kang Jonru mengalamatkan tuduhan itu kepada seorang ibu, coba sejenak kang Jonru pikirkan dan renungkan kembali setelah menuliskan pernyataan itu. Cepat ataupun lambat balasan atas sikap bisa saja mendatangi kang Jonru sekeluarga. Ibarat ibunda Bapak Jokowi yang tidak tahu menahu kampanye lalu dikaitkan sebagai ibu kandung yang tidak jelas, kita tidak tahu apakah balasan itu menimpa kang Jonru selaku yang berbuat atau orang-orang terdekat, saya hanya mencoba mengingatkan dan menjelaskan, menurut saya mengingatkan adalah tugas pribadi. Muslim bersaudara dan kita saudara sebangsa-setanah air Indonesia.
Simak penjelasan ibunda dan ayahanda bapak Joko Widodo pada gambar-gambar berikut (diakses di www.sahabatkeluargakemendikbud.go.id, detikX dan wikipedia) :
Penjelasan media detikX :
Saya menuliskan surat ini dengan jiwa yang sangat nyaman, tidak membenci dan tidak memuji kang Jonru sebagai pegiat media sosial, mengkritisi sebagai kawan dan saudara. Dalam hidup tidak ada yang lebih menyenangkan dari pada ketenangan jiwa, saya menyebutnya inner piece sesuai pelajaran moral dari film Kung Fu Panda. Ketenangan jiwa sendiri didapat dari mengingatkan untuk lebih baik, berbuat baik, mengingat Tuhan dan senang ketika orang lain sukses berbuat kebaikan dan menginspirasi banyak orang. Saya tidak bermaksud menggurui, tujuan saya hanya berbagi ilmu, itu saja. Simak data biografi Bapak Joko Widodo sbb @wikipedia :
Salam Sapa di Idul Adha Kepada Kang Jonru
Untuk sejenak, mungkin kita perlu mengevaluasi diri kang, tentang ajaran Islam yang damai-toleran, rahmat bagi segala apa yang ada dan menjadi muslim yang merasakan ketenangan jiwa saat menyebarkan kebaikan, bukan sebaliknya. Tuhan selalu tahu apa yang ada dalam benak hati, apa yang terjadi dan apa yang dilakukan oleh makhluk ciptaanNya.
Bila memang ternyata Kang Jonru menerima bayaran uang dari beberapa kubu politik, ada baiknya untuk tidak jatuh pada kedua kalinya kang Jonru, ah saya jadi teringat mbak Raisa Andriani yang akan segera menikah. Itu saja kang. Sebagai muslim, besar harapan saya agar kita dapat menyejukkan negeri ini dengan energi positif, lantang menyuarakan kebaikan dan kebenaran dengan pantas dan seksama, mengapresiasi mereka yang sudah bekerja keras untuk Indonesia dan warga NKRI.
Kebaikan diganjar 10 kali lipat dan kejelekan diganjar setimpal sebagaimana yang dilakukan. Mengapa kebaikan diganjar 10 kali lipat ? karena menjadi baik / berbuat baik lebih susah dari pada berbuat jahat.
Di atas segala partai atau golongan yang didukung, pemuda-pemudi penerus bangsa terlalu berharga untuk dikorbankan karena perbedaan pandangan politik kang Jonru. Saya percaya Indonesia adalah negeri dengan sumber daya manusia yang luar biasa banyak kreativitas dan keunikannya. Menyebarkan kebencian, berita bohong dan dugaan negatif tanpa bukti yang qualified akan melahirkan tindakan kejahatan dan aksi radikal. Kang Jonru pasti sudah sangat paham tentang itu. Barangkali sebagai manusia biasa kita harus mengakui adanya kesalahan diri dan meminta maaf / ampunan, sebagaimana nyai saya menitipkan pesan untuk beristighfar selepas sholat (memohon ampunan kepada Tuhan atas dosa), suatu ilmu sekaligus kenangan dari suami beliau yang kebetulan juga diberikan kepada saya. Alhamdulillahirobbil ‘alamiin.
Surat ini saya namai surat firdaus (mengambil dari nama surga firdaus), dengan harapan memberikan ketenangan jiwa untuk sama-sama mengevaluasi diri agar lebih sempurna Islam rahmatan lil ‘alamiin yang ada di setiap benak kita. Amiin ya robbal ‘alamiin. Teriring salam saya kepada kang Jonru, keluarga Kang Jonru dan 1 juta pengikut facebooknya.
Ttd,
Ainul Hayat.