Setelah Sari Roti, Inul Daratista, Starbucks, Kini Boikot Pemilu, Dasar Bani Boikot

Gerindra menyerukan rakyat Indonesia untuk boikot Pemilihan Presiden 2019 (Foto: JPNN)
Ngenes nian nasibnya Gerindra ini. Setelah keok dalam rapat paripurna soal pengesahan Rancangan Undang-Undang Pemilu menjadi UU yang memutuskan Presidential Threshold sebesar 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara sah nasional, Gerindra menyerukan rakyat Indonesia untuk boikot Pilpres 2019.
Emangnya gampang asal main boikot Pemilu? Dasar bani boikot. Semuanya dibenarkan dengan cara mereka sendiri. Setelah menyerukan boikot Sari Roti, Inul Daratista, Starbucks, kini menyerukan boikot Pemilu.
Pertanyaannya rakyat yang mana yang mereka suruh boikot pemilu? Enak aja bawa-bawa nama rakyat. Saya salah satunya rakyat yang tidak termasuk. Jadi tolong ya jangan bawa-bawa nama rakyat.
Padahal pemilu itu pesta demokrasi yang hanya lima tahun sekali, kok dengan gampangnya menyerukan untuk boikot pemilu. Itu sama saja perbuatan melawan hukum. Kelihatan banget rasa sakit hati yang tak terkira sampai-sampai jualan nama rakyat.
Gerindra ini kasar banget permainan politik mereka. Ukurannya bisa dilihat pada permainan politik mereka selama masa Pilkada DKI Jakarta yang baru saja usai.
Segala kebisingan Pilkada DKI 2017 akibat perbuatan mereka yang menunggangi masalah agama demi kemenangan paslon mereka, Anies Baswedan dan Sandiaga Uno.
Kegaduhan pun berlarut-larut menguras energi sehingga bangsa ini nyaris pecah. Seluruh komponen bangsa, baik yang punya hak pilih maupun tidak, akhirnya terpolarisasi akibat permainan politik kasar Gerindra dan gabungan partai penganggu pemerintah lainnya seperti PKS dan PAN.
Sejarah mencatat hiruk pikuk Pilkada DKI Jakarta adalah yang terdasyat sepanjang sejarah sejak bangsa ini berdiri. Politisasi sentimen Primordial dan SARA tidak hanya melanda warga DKI yang punya hak pilih, akan tetapi juga meluas sampai ke seluruh pelosok tanah air dengan dogma Kristen Vs Islam, pribumi Vs non pribumi.
Mereka menciptakan paradigma kekalahan Ahok adalah kemenangan umat Islam. Sadis memang, tapi itulah ular beludak, menghalalkan cara yang haram demi kemenangan.
Auranya juga nanti tidak jauh beda dengan Pilkada DKI Jakarta 2017, Pemilu 2019 naga-naganya tidak jauh dari politisasi agama. Sejak dini sudah terpetakan, isu Islam akan dipolitisasi mereka.
Semakin mendekat pemilihan presiden 2019, permainan politik mereka akan semakin kasar dan lebih banyak lagi kebencian yang akan diumbar. Serangan-serangan politik akan semakin menjadi lebih radikal dan lebih terpolarisasi.
Ada tiga serangan dasyat pada Pemilu 2019 mendatang, pertama tudingan bahwa pemerintah anti Islam. Kedua, tudingan bahwa pemerintah pro Cina, dan yang ketiga yaitu tudingan bahwa pemerintahan Jokowi pro Komunis. Itulah ular beludak. Anda tahu ular beludak? Anak-anaknya yang baru dilahirkan pun ditelan.
Pesta demokrasi kok disuruh boikot. Hebat amat? Kepanikan mereka timbul karena aura Prabowo Subianto gagal nyapres sudah terpampang dengan jelas didepan mata.
Dapat suara 10 persen aja sudah ngos-ngosan dan susahnya setengah koit, lha ini mimimal harus 20 persen kursi DPR atau 25 persen suara sah secara nasional. Makanya panik sampai termehek-mehek.
Alasan Gerindra menyerukan boikot pelaksanaan Pilpres 2019 karena dengan Presidential Threshold yang 20 persen itu akan menjadikan Presiden Jokowi sebagai calon tunggal dalam Pilpres 2019.
Memangnya kenapa kalau Presiden Jokowi sebagai calon tunggal dalam Pilpres 2019? Apa urusannya Gerindra? Kalau memang tidak ada calon yang berkualitas, bila perlu 4 periode Jokowi jadi Presiden karena kalau hanya dua periode aja masih sangat kurang untuk bangun seluruh negeri.
Lagian ada-ada aja yah Gerindra ini. Kalau memang Prabowo Subianto itu calon Presiden yang berkualitas tinggi, harusnya mereka tidak perlu panik dan takut Prabowo gagal nyapres.
Pernyataan boikot Pilpres 2019 dengan dalih Presidential Threshold minimal 20 persen adalah pernyataan yang pesimis. Kalau sudah pesimis dalam hidup, mau jadi apa kualitas partai mereka?
Bukannya mengajarkan rakyat sikap optimis, ini malah menunjukkan borok pesimis mereka. Bagaimana Prabowo Subianto mau mimpin negara ini kalau selalu pesimis? Ngenes memang.
Tapi ya begitulah kura-kura sikap partai yang akan keok pada pilpres 2019 karena memang bau-baunya Gerindra dan PKS akan jadi partai gurem pada pemilu 2019 mendatang. Nasib Gerindra dan PKS nanti kayak nasibnya Seven Eleven yang dulu berjaya, kini ambruk tidak berdaya.
Kura-kura begitu.
Link: http://m.jpnn.com/news/gerindra-serukan-rakyat-indonesia-boikot-pilpres-2019-anda-setuju