simple hit counter

Setelah 70 Tahun Indonesia Merdeka, Beberapa Desa di Ujung Maluku Akhirnya Menikmati Listrik

Di zaman sekarang, listrik sudah menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan kita. Hampir semua kegiatan yang kita lakukan memerlukan listrik seperti untuk memasak, mencuci, bekerja dan kegiatan lainnya. Listrik itu sudah menjadi bagian dari kehidupan kita, dengan kata lain Tida hari tanpa menikmati listrik sehingga kita menjadi sangat kesal jika terjadi pemadaman listrik di tempat kita walaupun “hanya” sebentar.

Kadang kita juga marah jika terjadi pemadaman yang mungkin hanya terjadi sekali dalam seminggu ataupun sebula. Padahal pemadaman listrik itu terjadi karena ada sesuatu dan lain hal seperti kerusakan atau perawatan pembangkit listrik, konslet akibat hujan, atau karena kendala tehnis lainnya sehingga diperlukan pemadaman “sementara” untuk menjaga mesin pembangkit tenaga listrik agar tetap awet, ataupun untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan yang bisa merugikan masyarakat itu sendiri. Tetapi kita terlalu “egois” tidak mau tahu apa yang terjadi.

Selama ini, kita hanya bisa mengeluh saat terjadinya pemadaman listrik, tetapi kita diam jika selama ini kita sudah “menikmati” listrik secara maksimal. Dengan kata lain, kita hanya marah saat terjadi pemadaman, tetapi kita lupa bersyukur bahwa selama ini kita “puas” menikmati listrik.

Kita juga seharusnya bersyukur karena bisa menikmati listrik sejak puluhan tahun silam tetapi kita lupa bahwa saudara-saudari kita di tempat lain khususnya di pulau-pulau terpencil karena mereka baru bisa menikmati listrik setelah 70 tahun Indonesia merdeka !.

Pernahkah kita merasakan apa yang dialami saudara-saudari kita di tempat lain karena mereka belum bisa menikmati aliran listrik seperti yang kita rasakan selama ini ?
Apakah di zaman sekarang masih ada tempat yang belum menikmati listrik ?
Jawabnya Ada…

Seperti yang dialami oleh saudara-saudari kita yang berada di Pulau terpencil yang merupakan Pulau “terluar” dan berbatasan langsung dengan negara tetangga. Sudah menjadi rahasia umum, jika pulau-pulau terpencil apalagi menjadi Pulau “terluar” yang berbatasan langsung dengan Negara tetangga “kurang diperhatikan” selama ini.

Tapi Alhamdulillah, sejak pemerintahan Jokowi, yang melakukan pembanguan infrasturktur di seluruh pelosok Indonesia, akhirnya saudara-saudari kita bisa “merasakan” listrik setelah 70 tahun Indonesia merdeka, sebuah hal yang biasa bagi kita selama ini yang bisa “menikmati” listrik sepuasnya.

Salah satu desa terpencil dan “terluar” yang akhirnya bisa menikmati listrik setelah 70 tahun Indonesia merdeka adalah desa Tutukembong, sebuah desa di Pulau Saumlaki yang merupakan Pulau terluar di Provinsi Maluku yang menjadi salah satu wilayah terdepan di Republik Indonesia dan berbatasan langsung dengan Australia dan Timor Leste.

“Selama puluhan tahun, kami baru malam ini menikmati aliran listrik. Selama 70 tahun Indonesia merdeka kami belum menikmati listrik,” kata Sekretaris Desa Tutukembong, Habel Arawaman, saat Acara Sosialisasi PLN di Desa Tutukembong, Maluku seperti yang diberitakan dalam situs http://finance.detik.com/energi/d-3001536/70-tahun-ri-merdeka-ujung-maluku-ini-akhirnya-dapat-listrik

Sekretaris desa Tutukembong, Habel sangat berterima kasih kepada PLN karena sudah berhasil ‘menerangi’ desanya yang tak tersentuh listrik selama puluhan tahun dan berharap PLN bisa membawa manfaat dan kemajuan bagi desanya yang berpenduduk 947 jiwa, sehingga wilayahnya yang merupakan salah satu wilayah terdepan Indonesia ini tak tertinggal dari wilayah-wilayah lainnya.

“Kami menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada PLN atas kehadirannya di desa kami. Kami bersyukur bapak-bapak bisa datang membahagiakan kami,” ucapnya. (Sumber)

Di Pulau Saumlaki, PLN juga membangun dua buah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD), yaitu PLTD Bomaki dan PLTD Tutukembong. PLTD Bomaki mempunyai kapasitas 3 x 1.000 KW yang terletak di Desa Bomaki, Kecamatan Tanimbar Selatan, Kabupaten Maluku Tenggara Barat. Sedangkan PLTD Tutukembong memiliki kapasitas 4 x 500 KW dan berada di Desa Tutukembong, Kecamatan Nirun Mas, Kabupaten Maluku Tenggara.

Manager PLN Area Tual, Awat Tuhuloula, mengatakan bahwa dengan adanya PLTD Tutukembong,  maka 15 desa yang sebelumnya “gelap gulita” akhirnya bisa menikmati aliran listrik. Selain itu, dengan beroperasinya PLTD Bomaki, maka satu desa lainnya juga bisa menikmati aliran listrik sehingga totalnya menjadi 16 desa yang kini bisa menikmati listrik berkat pembangunan 2 PLTD ini.

“15 desa di Tutukembong di 2 kecamatan kita listriki dengan adanya PLTD Tutukembong, tadinya belum kita listriki. Dari PLTD Bomaki ada tambahan 1 desa yang tadinya belum terlistriki,” kata Awat saat berbincang dengan detikFinance di PLTD Bomaki, Maluku seperti yang dimuat dalam situs https://finance.detik.com/energi/3001577/16-desa-di-ujung-maluku-tak-lagi-gelap-gulita.

Setelah 16 desa tersebut menikmati aliran listrik, kini rasio elektrifikasi di Pulau Saumlaki sudah mendekati 100%. Tinggal 2 desa lagi yang belum mendapat aliran listrik dari PLN.

“Rasio elektrifikasi tadinya kurang lebih 60-70 %, sekarang jadi 90% dengan adanya listrik perbatasan ini. Masih ada 2 desa belum terlistriki di Saumlaki, tinggal bangun jaringan ke sana,” ucapnya. (Sumber).

PLN di Pulau Saumlaki sekarang juga sudah mampu memasok listrik hingga 4,8 MW, yang jauh lebih tinggi dari beban puncak sehingga Pulau Saumlaki pun boleh dinyatakan bebas dari ‘byar pet’ alias pemadaman bergilir.

“Tadinya kita kritis, kapasitas mesin sama dengan beban puncak. Sekarang kita sudah surplus. Jika salah satu pembangkit dilakukan pemeliharaan, pembangkit yang lain bisa mengcover sehingga tidak terjadi gangguan,” tutur Awat seperti yang dilansir dalam situs http://finance.detik.com/energi/3001577/2.

General Manager PLN M2U, Indradi Setiawan juga mengatakan bahwa sebanyak 98 persen pulau “terluar” di Provinsi Maluku dan Maluku Utara telah teraliri listrik di tahun 2016 lalu.

“Provinsi Maluku dan Maluku Utara memiliki ribuan Pulau yang harus dilayani sebagai upaya menerangi negeri, dari ribuan Pulau tersebut 98 persen di antaranya telah teraliri listrik tahun 2016,” katanya di Ambon seperti yang dilansir dalam situs http://www.beritasatu.com/nasional/407190-hampir-semua-Pulau-terluar-di-maluku-sudah-terlistriki.html

Pada 2017 ini, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) juga akan mengalirkan listrik untuk 199 desa di provinsi Maluku dan Maluku Utara. Aliran listrik tersebut akan mengalir ke desa dan ibukota kecamatan di dua provinsi tersebut.

Kehadiran Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tidore yang mempunyai kapasitas 2×7 MW yang baru saja diresmikan Presiden Joko Widodo pada Mei 2017 lalu akan membantu peningkatan kapasitas listrik di sana.

“Pada tahun ini, PLN akan kembali melistriki 69 desa dan 18 ibukota kecamatan di Provinsi Maluku Utara serta 104 desa dan delapan ibukota kecamatan di Provinsi Maluku. Hingga 2019, PLN menargetkan dapat melistriki 489 desa dan 48 ibukota kecamatan di Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara”, kata Indradi Setiawan, yang merupakan General Manager PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara seperti yang dimuat dalam situs http://industri.bisnis.com/read/20170509/44/652413/pln-siap-aliri-199-desa-di-maluku-maluku-utara

Alhamdulillah, penulis merasa bangga dan terharu karena akhirnya saudara-saudari kita yang berada di 16 desa di Pulau Saumlaki sudah bisa menikmati aliran listrik meskipun setelah 70 tahun Indonesia merdeka !.

Penulis berharap agar makin banyak lagi saudara-saudari kita di wilayah timur sana khususnya di pulau-pulau terpencil dan “terluar” agar bisa menikmati aliran listrik di tahun yang akan datang sekaligus untuk menyukseskan program ‘Menuju Maluku Papua Terang 2020’. (Sumber).

#TerimaKasihJokowi
#JokowiUntukIndonesia

Setelah 70 Tahun Indonesia Merdeka, Beberapa Desa di Ujung Maluku Akhirnya Menikmati Listrik | admin | 4.5