simple hit counter

Polemik Jihad Patung Hingga Pilgub Jabar Mendatang

 

Beberapa hari terakhir, publik dihebohkan lagi dengan isu-isu yang berawal dari media sosial, Polemik patung Tuban yang baru-baru terjadi sangat mengingatkan kita tentang kejadian patung Arjuna di Purwakarta setahun lalu.

Latar belakang masalah patung dulu, juga tidak lepas dari nuansa politik, diprovokasi oleh oknum yang memainkan SARA.

Patung Gatot Kaca, Bima dan Semar dirobohkan di Purwakarta. Massa beratribut Islam diatas menanggap patung-patung itu sebagai simbol berhala. Kelompok yang mengatasnamakan Masyarakat Peduli Purwakarta (MPP) itu menganggap Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi keras kepala karena mendirikan patung di tengah penolakan kelompok Islam.

“Kota Purwakarta sebagai kota santri tak pantas dijejali berhala. Ajaran Islam dengan tegas menyebutkan bahwa berhala merupakan simbol kemusyrikan. Karenanya harus dimusnahkan,” kata seorang massa yang merusak patung – Dikutip dari laman Beritasatu

Kelompok bertribut Islam, bukan kali ini saja merusak simbol-simbol kebudayaan. Pada Oktober 2010 kelompok yang menamakan diri Laskar Jihad Sukoharjo membubarkan pentas wayang kulit yang digelar di Desa Sembung Wetan di Sukoharjo

Apa yang terjadi dengan negeri ini? Tidakkah kelompok di Purwakarta dan Sukoharjo di sisi selatan Surakarta itu mengetahui kalau batik, keris dan wayang mendapatkan sertifikat dari Unesco (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization). Wayang, juga batik dan keris dianggap sebagai warisan budaya dunia yang harus dipertahankan.

Apakah kelompok perusak itu juga tidak sadar bahwa ajaran Islam di tanah Jawa yang dibawa oleh Wali Songo justru menjadikan wayang sebagai wahana menyampaikan ajaran agama. Wali Songo tidak berusaha merobohkan kebudayaan lama tapi justru mengikuti alir kebudayaan dan secara perlahan-lahan mennyusupkan dan menyisipkan nilai baru.

Sunan Kalijaga yang melakukan itu. Contoh lainnya, Sunan Kudus membiarkan warga Kudus yang enggan makan daging sapi. Sapi dalam ajaran Hindu adalah binatang suci. Tak heran Soto Kudus memakai daging kerbau. Itulah kearifan keduanya. Apakah dengan sikap yang demikian, lalu keduanya kita anggap tidak berprinsip dan tidak berakidah yang kokoh? Bukan di situ letak akar persoalannya.

Oknum memainkan SARA

Sedikit reminding masa lalu. Dulu ada problem starter alias provokator. silahkan simak dahulu video berikut. Tema – Jihad Patung

Konflik Politik Puwakarta

Di sisi lain, pembangunan patung dan land mark kota lainnya yang dibuat dengan dana cukup besar di tengah kondisi masyarakat yang sedang susah juga kurang tepat. Alhasil, isu inilah yang dipakai oleh lawan Politik guna mencapai tujuannya. Apa tujuan mereka?

Gagasan melindungi kebudayaan bisa dengan mudah digempur oleh lawan politik yang menuduh sebagai pemborosan. Apakah ini benar pemborosan? Atau hanya alasan yang dibuat agar seakan-akan populis. Padahal tujuan aslinya menggerus kekuasaan bupati.

Sungguh sangat disesalkan konflik politik telah menyeret dan membunuh kebudayaan. Tidakkah para perusuh yang merobohkan patung dan membakarnya itu bisa kita anggap telah menghancurkan kebudayaan Indonesia? Budaya wayang telah lahir secara turun temurun, jauh sebelum Islam masuk di tanah Jawa. Indonesia bukanlah India, Eropa atau Arab. Negeri ini punya keragaman bahasa, budaya. Semua itu telah membentuk harmoni Indonesia.

Patung Tuban Menjadi Isu Hanggat Yang Terus Digoreng 

Berkaca dari masa lalu, “oknum” di Indonesia sangat tidak kreatif, terlebih permainan Politik mereka ini seperti tidak ada yang baru, Apasih isu mereka? Kalau pamer program, nol besar maka berlanjut ke masalah ras, ras gagal ganti agama, agama gagal ganti PKI.

Dari tahun ke tahun tidak pernah ada yang baru, isunya itu-itu saja, fitnahnya itu-itu saja, Lihat bukan? Sekarang patung Tuban yang menjadi sorotan, kembali dikait-kaitkan dengan permasalahan Politik.

Pertama. Fitnah Kepada Jokowi

Beragam kata atau cuitan dari patung Tuban yang kerap dikaitkan dengan bapak Jokowi. Memangnya apa salah pak Jokowi? Salah satu bukti sebagai berikut

Kedua. Fitnah Kepada Dedi Mulyadi

Kembali kaitannya dengan patung Tuban pada minggu ini memiliki bias seperti gambar terlampir.

Berita yang dikutip dari laman JPNN berikut, cukup menyebar dikalangan datar sebagai bentuk hasutan, salah satu bukti adalah cuitan berikut ini

Kalau kita mendengar ucapan Rizieq pada video diatas maka kita akan mendengar kata “Siap turunkan bupati patung”

Kalau dihubungkan dengan berita yang dirilis JPNN diatas maka tidak jauh berbeda

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi dinilai tak layak menjadi gubernur Jawa Barat. Pasalnya, dia tak pernah mendengarkan aspirasi umat Islam.

Demikian pendapat organisasi kemasyarakatan Gerakan Ulama (Gema) Jawa Barat. Ketidakpedulian Dedi tersebut terlihat dari kebijakannya mendirikan banyak patung di Purwakarta, meski ada penolakan dari sejumlah ormas Islam.

“Purwakarta yang dulunya terkenal dengan kota tasbih, semenjak dipimpin Dedi Mulyadi berubah menjadi kota patung,” kata Wakil Ketua Gema Jabar KH Syirodjudin dalam keterangan persnya.

Padahal Masyarakat Puwakarta Tidak Mempermasalahkan Patung

Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi curhat sekaligus menyindir persoalan patung-patung di daerahnya. Bupati Purwakarta kerap dituduh menduakan Tuhan dengan menyembah patung-patung yang dibangun.

  • “Bapak-bapak, ibu-ibu, suka enggak dengan patung yang ada?” ujar Dedi kepada warganya, Jumat (1/1/2016).
  • Mendengar pertanyaan Dedi, warga pun menjawab serentak, “Sukaaa…”.
  • “Patung itu hanya untuk berfoto atau disembah?”. Masyarakat kembali menjawab, “Foto”.
  • Dedi kembali menegaskan pertanyaannya, “Tidak untuk disembah kan?” warga pun menjawab “tidak”.

Kalau melihat peta politik saat ini

PDIP-Golkar akan mengusung calon sendiri. Nama paling kuat tidak lain adalah Dedi Mulyadi

Dengan komposisi kemungkinan koalisi lain, petanya adalah Gerindra-PKS, dan kemungkinan Demokrat, akan menjadi poros sendiri.

Maka sisanya adalah PAN (4 kursi DPRD Jabar), Hanura (3), PPP (9), dan PKB (7). Nasdem dengan Ridwan kamil hanya 5 kursi DPRD Jabar. Syarat untuk mengusung calon adalah 20 kursi DPRD Jabar.

Berkaca dari Pilkada Jakarta

Gerindra – PKS – Demokrat. Awalnya Demokrat yang memakai FPI, mungkin ada sedikit trik atau memang dtipu pakai FPI, maka Agus hanya memperoleh 2 suara di Petamburan markas FPI pada Pilkada putaran pertama.

Lalu kemudian Gerindra – PKS sangat menjadi dekat pada Pilkada putaran kedua dan akhirnya mendapat kemenangan sebagai Gubernur DKI Jakarta. Demi guna mendapatkan kekuasaan yang mutlak lagi dari sejak 10 tahun lalu masa Aher – Dedi Mizwar, kemungkinan FPI atau oknum lain, akan dimainkan lagi oleh Gerindra – PKS  dengan isu yang sama seperti di Tuban, yaitu isu patung.

Contoh oknum lain seperti dalam video yang juga akan turut berpartisipasi dalam lingkaran Gerindra – PKS

Sebuah isu lama yang terus diangkat kepublik supaya orang “membenci tokoh politik tersebut” Korbannya disini adalah Dedi Mulyadi.

Polemik Jihad Patung Hingga Pilgub Jabar Mendatang | admin | 4.5