Konflik Minoritas Islam Rohingya di Myanmar, Bandingkan dengan Konflik Minoritas di Indonesia
Konflik antara minoritas Islam kaum Rohingya dengan pemerintah mayoritas Buddha Myanmar terus berlanjut.
“Jumat pekan lalu gerilyawan Islam Rohingya yang bersenjatakan pisau dan bom buatan menyerang lebih dari 30 pos polisi di Rakhine utara.” Kata pemerintah. Dikabarkan lebih dari 12 orang tewas.
Pemerintah Myanmar dibantu umat mayoritas Buddha yang militan membalas dan tidak tinggal diam. Desa-desa minoritas Islam dibakar, beberapa warga sipil meninggal dan lainnya harus mengungsi keluar dari desa mereka.
Human Rights Watch mengatakan, data satelit menunjukkan kebakaran di setidaknya 10 wilayah. Pemerintah mengatakan bahwa militan Buddhis membakar ‘desa-desa kaum minoritas Islam’. Beberapa orang meninggal.
Akses wartawan ke negara bagian Rakhine sangat dibatasi, sehingga sulit untuk mengkonfirmasi kejadian itu, namun seorang pejabat Penjaga Perbatasan Bangladesh berkata kepada kantor berita AFP Selasa lalu:
“Tadi malam terdengar tembakan senjata berat dengan senjata otomatis dan melihat asap membumbung dari desa-desa yang terbakar di seberang perbatasan.”
“Sangat menakutkan. Rumah-rumah dibakar, orang-orang berlarian meninggalkan rumah mereka. Anak dan orang tua terpisah, beberapa di antaranya hilang, dan yang lainnya tewas,” kata Abdullah kepada kantor berita Reuters, hari Rabu (30/08).
Badan pengungsi PBB, UNHCR, mengatakan bahwa pada hari Minggu lalu sekitar 5.200 warga Rohingya melarikan diri ke Bangladesh.
Sebagian besar yang berada di perbatasan adalah perempuan dan anak-anak, dan dilaporkan bahwa ada orang-orang yang terluka di antara mereka.
Pemerintah Myanmar mengatakan bahwa kaum Rohingya adalah imigran gelap dari Bangladesh, dan perlu kembali kesana.
Namun sesampainya mereka di perbatasan Bangladesh, warga lokal dan tentara Bangladesh menghalau mereka dan menyuruhnya kembali ke Myanmar, sebab diduga warga Bangladesh tidak mau menerima terduga Islam teroris yang jumlahnya cukup banyak.
Penjaga perbatasan Bangladesh mengatakan mereka terpaksa mengusir setidaknya 13 perahu yang membawa sejumlah pengungsi Islam Rohingya dari Myanmar.
Para pengungsi dikembalikan ke wilayah perairan Myanmar setelah dicegat di sungai yang memisahkan antara Myanmar dan Bangladesh.
Badan Pengungsi PBB (UNHCR) mengatakan lebih dari 10.000 orang Rohingya telah meninggalkan Myanmar selama beberapa pekan terakhir.
Aung San Suu Kyi, mengatakan bahwa militan Islam Rohingya membakar rumah-rumah dan merekrut tentara anak dalam rangkaian kekerasan di negara bagian Rakhine belakangan ini.
“Teroris menyerang pasukan keamanan menggunakan anak-anak di garis depan dan membakar desa-desa etnis minoritas,” demikian pernyataan Kantor Konselor Negara.
Rohingya memang merupakan etnis Muslim minoritas di Myanmar yang mayoritas berpenduduk Buddha. Namun di Rakhine, Rohingya merupakan mayoritas dan non-Muslim adalah minoritas di daerah Rakhine.
Kadang militan Islam selalu melancarkan serangan ke Myanmar. Massa menyalahkan kelompok militan Islam Rohingya yang bernama Arakan Rohingya Salvation Army atau ARSA sebagai pemicu kekerasan terbaru di Rakhine Myanmar.
Biksu Wirathu pernah mengatakan bahwa Islam dengan 4 istri, beranak pinak dengan sangat cepat, jika penambahan populasinya sudah cukup banyak, maka Islam sangat berambisi untuk merebut kekuasaan negara dan berambisi menempati posisi jabatan dan pimpinan di semua lini karena mereka tidak boleh dipimpin oleh orang kafir.” Almaidah 51.
Pemerintah Myanmar menyatakan telah mengevakuasi setidaknya 4.000 penduduk desa non-Muslim di tengah bentrokan yang telah memakan 104 korban di barat laut Rakhine, sementara ribuan lainnya dari etnis Muslim Rohingya berupaya melarikan diri ke perbatasan dengan Bangladesh.
Kini Bangladesh memperketat perbatasan untuk mencegah “banjir” nya Islam Rohingya, serta menyuruh mereka kembali ke Myanmar.
Konflik ini menimbulkan beberapa komentar dari umat Muslim, salah satunya adalah: “BIADAB”, namun hal serupa juga pernah dilakukan mayoritas Muslim terhadap minoritas Kristen, Katolik, dan Hindu, juga aniaya terhadap minoritas Buddha di Indonesia.
Beberapa tahun yang lalu pernah terjadi di Indonesia mayoritas Muslim dengan minoritas Kristen.
Hal ini terjadi di Ambon, desa-desa dibakar, penjarahan, pembantaian, pertempuran yang menewaskan banyak korban Kristen. Biadab?
Poso, disebut sebagai konflik SARA yang mengerikan. Konflik ini melibatkan antara umat mayoritas Muslim dan minoritas Kristen. Biadab?
Kedua belah pihak silih berganti melakukan perusakan, pembakaran, penculikan dan pembantaian yang sangat sadis, mengerikan dan penuh darah. Biadab?
Kerusuhan berdarah diikuti dengan pemenggalan kepala manusia cukup banyak, belum diketahui jumlahnya, namun danau dan sungai Poso berubah menjadi warna merah darah manusia. Biadab?
Kerusuhan di Lampung, antara minoritas Hindu dan mayoritas Islam.
Terjadi pembakaran desa Balinuraga, menyebabkan warga Balinuraga Kecamatan Waypanji Lampung Selatan mengungsi di Sekolah Polisi Negara (SPN) Bandarlampung. Biadab?
Pembantaian 30 September 1965, benarkah PKI yang melakukannya?Atau…ada sesuatu yang lain, sejarah yang ditutupi kebenarannya. Biadab?
Kerusuhan Mei tahun 1998, dilakukan oleh mayoritas, menimpa ethis Tionghoa yang minoritas Kristen, Katolik, Buddha dijarah, diperkosa, dibunuh. Biadab?
Masih banyak bentrok-bentrok kecil biadab lainnya seperti pemerkosaan, perampokan, pencurian, penipuan, penganiayaan, pengrusakan benda harta milik, hingga pembunuhan antara minoritas dengan mayoritas Islam, yang jika di hitung sejak tahun 1965 hingga sekarang mencapai ribuan bahkan puluhan ribu kasus yang tak terungkap.
Sedang dilakukan survey kecil-kecilan di beberapa kota besar untuk menjawab ya dan tidak.
Pertanyaan untuk non- Muslim:
Pernahkah anda mengalami salah satu dari kejadian berikut:
kehilangan barang berharga, perampokan, pencurian, penipuan, penganiayaan, pemukulan, pemerkosaan, pengerusakan harta benda hak milik ?
Jawabannya sungguh mengejutkan.
Bukti-bukti sejarah yang pernah terjadi memang pahit, menyedihkan, menyeramkan. Untuk itu marilah usahakan perdamaian.
sumber:
www.bbc.com
www.cnn.com
www.kompas.com