Keren! Jenderal Seharusnya Begini

Foto: BBC
Polemik seputar pernyataan Panglima TNI Gatot Nurmantyo terus bergulir. Ya wajar saja. Karena yang bicara adalah seorang panglima, seorang jenderal. Kalau kopral yang bicara, mungkin sudah selesai karena pasti segera dikepret atasannya.
Tapi ini panglima. Dari segi kekuatan ia setara dengan presiden. Bayangkan kalau seorang panglima memobilisasi kekuatan yang dikomandoinya. Apa tidak modar negara ini? Banyak contoh negara yang presidennya jatuh karena kudeta militer. Jadi kata teman saya, jangan main-main sama korps hijau.
Terus terang saja, pernyataan Jenderal Gatot Nurmantyo soal institusi non TNI yang membeli 5000 pucuk senjata beberapa waktu lalu itu, cukup mengkhawatirkan. Genting benar rasanya negeri ini. Bayangkan kalau institusi yang disebut Gatot itu adalah kelompok radikal yang ingin melakukan tindakan kudeta. Ngeri-ngeri sedap bukan?
Beruntunglah informasi itu segera diluruskan oleh Menkopolhukam Wiranto. Kalau tidak, negeri ini seperti berjalan di atas mata pedang. Salah mengatur langkah sedikit saja, pasti langsung berdarah-darah. Apalagi jika melihat ekspresi Gatot saat bicara. Ia tampak serius sekali. Di hadapan para seniornya ia melontarkan kata-kata yang bikin merinding: jangan salahkan kami yang junior ini jika mengambil langkah dan tindakan luar biasa. Waduh, gawat benar!
Syukurlah pernyataan Gatot mulai terurai. Setelah Wiranto, kini giliran Menhan Ryamizard Ryacudu yang bicara. Mantan Kepala Staf Angkatan Darat di era Presiden Megawati dan SBY itu meminta semua pihak agar tidak melanjutkan polemik terkait pernyataan panglima TNI. Tidak elok memang kelihatannya. Apalagi interpretasinya mulai bias ke mana-mana. Jenderal purnawirawan itu juga berharap agar demi keselamatan negara polemik ini jangan sampai menimbulkan benturan antarinstitusi.
Ini baru jenderal! Seorang jenderal tidak berpikir sektarian, memikirkan gengsi institusinya sendiri. Jenderal harus berpikir general dan komprehensif demi keselamatan negara. Karena itu, tidaklah bagus jika seorang jenderal membicarakan sesuatu yang berpotensi menimbulkan kegaduhan dan kegelisahan di tengah masyarakat.
Ryamizard menegaskan bahwa TNI itu bukan milik individu, bukan milik panglima atau presiden sekalipun. TNI adalah milik rakyat karena dihidupi oleh rakyat. Bukan cuma itu. Jika menengok sejarahnya dari jaman panglima besar Jenderal Soedirman, TNI itu lahir dari rakyat. Itu sebabnya yang menjadi tugas utama TNI adalah melindungi rakyat. Melindungi tidak hanya dari agresi negara lain, tapi juga dari hal-hal internal yang berakibat merugikan rakyat.
Gatot mungkin tidak sepenuhnya salah. Bahwa apa yang ia sampaikan di hadapan para purnawirawan TNI adalah informasi intelijen. Tapi sebagai pimpinan TNI Gatot mestinya mencerna lebih arif dan bijak setiap informasi. Ia tahu mana yang perlu dibuka dan mana yang harus dibereskan secara internal. Dan yang paling pentig adalah melakukan koordinasi dengan pihak terkait agar ada upaya terpadu dalam mengatasi ancaman keamanan negara.
Terlepas dari kegaduhan yang ditimbulkan oleh pernyataan Gatot, pikiran positif harus terus dikedepankan. Jenderal Gatot itu diangkat oleh presiden. Itu artinya ia adalah satu dari sekian banyak putra terbaik yang dipilih Jokowi untuk membantunya. Jika Gatot memiliki misi pribadi, biarlah sejarah yang nanti akan mencatat dan membukanya secara terang benderang. Karena pada awal kemunculannya, ia banyak dipuji. Jokowi pun kerap menggandengnya saat melakukan blusukan ke daerah, termasuk ketika Jokowi meninjau dan menjajal jalan trans Papua pada awal 2017 lalu.
Apa yang diungkap Gatot beberapa waktu lalu mungkin hanya karena komunikasi yang tidak tuntas, seperti kata Wiranto. Dan faktanya, Gatot tidak ngotot lagi bicara pasca klarifikasi Wiranto. Itu sebabnya Ryamizard menegaskan agar polemik ini tidak perlu dilanjutkan lagi. Apalagi TNI memiliki fungsi dan peran strategis dalam sebuah negara.
Benar TNI itu akan jadi garda terdepan dalam menangkal setiap ancaman terhadap keamanan dan pertahanan negara. Tapi tidak lantas bertindak sendiri. Di atas panglima toh masih ada panglima tertinggi yaitu presiden. Apalagi informasi yang diterima Jenderal Gatot itu menyeret nama presiden dengan mengatakan bahwa institusi pembeli senjata itu mencatut nama presiden Jokowi.
Dalam hal ini benar apa yang dikatakan Menhan Ryamizard Ryacudu. Bahwa tugas TNI itu adalah membela negara. Untuk itu TNI perlu bersinergi dengan institusi lain seperti Polri. Tapi Ryamizard justru menangkap adanya gelagat dua institusi itu berdiri berhadap-hadapan. Ini kondisi yang sangat memprihatinkan. Karena dua institusi itulah penjaga negara ini. Maka sebagai Menhan Ryamizard kembali menyadarkan dua institusi ini akan tugas dan tanggung jawab utama mereka.
Nah, Jenderal seharusnya begini.