simple hit counter

Kenapa Amin Rais Tidak Pilih Menjadi Malaikat ?

Dulu Amin Rais adalah idola kami karena berani mendobrak pemerintahan Soeharto.    Bahkan sangat lantang menyerukan perlunya suksesi pemimpin Indonesia.   Presiden Soeharto jadi marah sama Amin Rais, tetapi entahlah kenapa tidak langsung menembak mati Amin Rais.    Padahal pasti kita semua sudah tahu, barangsiapa berani melawan Soeharto , pasti langsung dihilangkan entah ditembak mati , dibuang ke laut toh banyak caranya.    Itulah kehebatan presiden Soeharto, tidak ada yang tahu bahkan sulit membuktikannya.    Apalagi sampai sekarang mana ada cerita orang atau kesaksian langsung orang tentang pembunuhan ala presiden Soeharto.

Cuma ada sebatas bisik-bisik, tetapi tidak ada satu pun orang yang berani menegaskan kebenaran Presiden Soeharto yang kejam dan berdarah dingin.   Sampai ribuan tahun kedepan, berani kami pastikan tidak ada buku “kekejaman Soeharto” terbit.

Amin Rais di depan, kami di belakang berani maju terus menentang kesewenang-wenangan Soeharto.   Sehingga berhasil dengan terjungkalnya diktator Soeharto.   Nama Amin Rais jadi populer.   Amin Rais layak disebut “pahlawan”, bahkan digelari “Bapak Reformasi” oleh rakyat Indonesia.

Tetapi sayangnya …
Dari waktu ke waktu …

Amin Rais dihadapkan pada dua pilihan antara menjadi “manusia bertanduk” atau menjadi “malaikat”.    Duh, Amin Rais tidak memilih menjadi malaikat.    Padahal rakyat Indonesia sangat membutuhkan uluran tangan “malaikat” Amin Rais.    Amin Rais bisa jadi malaikat pelindung Indonesia yang selama ini goncang-gancing , selalu diterpa berbagai isu dan fitnah

Ironis, Amin Rais memilih ambil jalur “manusia bertanduk”.

Amin Rais alami metamorfosis, baik dalam pemikiran maupun dalam kelakuan.    Bukan bertambah kualitas kematangan dan kenegarawannya, tetapi kian sering sirik.   Mungkin karena ambisi Amin Rais selalu silih berganti gagal.    Sudah dua kali gagal terpilih jadi presiden.    Apalagi sudah mau berkalang tanah, belum ada tanda-tanda kepasrahan dengan melepas dirinya dari kehidupan duniawi dan dunia politik.    Bahkan Amin Rais seolah-olah tidak rela dilupakan dan dibuang dari dunia politik.   Dunia politik mengasyikkan bagi Amin Rais karena di dalamnya ada kekuasaan dan uang / harta benda yang sungguh menggiurkan.    Konsekuensi yang ditanggung Amin rais yaitu rakyat jadi antipati terhadap Amin Rais.

Amin Rais cari panggung untuk mengulang kejayaannya dalam menjungkalkan presiden Soeharto.    Sekarang giliran presiden Jokowi yang dijadikan sasaran untuk dijungkalkan oleh Amin Rais.    Padahal pemerintahan Jokowi baru berjalan dua tahun lebih sedikit.   Sedangkan di pemerintahan Jokowi dalam waktu 2 tahun lebih sudah terlihat banyak kemajuan dalam segi pembangunan seperti sejumlah bandara udara sudah dibangun, infrastruktur-infrastrukur banyak sudah dibangun dan masih ada sedang dikerjakan.    Bahkan melampaui hasil pembangunan di era presiden sebelum-belumnya.

Seolah-olah Jokowi tidak ada celanya.    Presiden jujur dan bersih.  Soal Kinerja Jokowi , banyak prestasi yang diukir.   Lalu kepemimpinan Jokowi , sudah kayaknya sulit distir sana-sini, bahkan dihormati oleh banyak negara lain.

Penampilan Jokowi terkesan kampungan, sederhana dan krempeng.    Justru di baliknya ada kekuatan besar yang sukar diprediksi.   Sampai-sampai Freeport menyerah dan takluk , terpaksa bersedia membagi saham , dimana 51% saham untuk Indonoesia sedangkan sisanya 49% saham untuk Freeport.

Amin Rais haus kepopuleran, sehingga berusaha kembali menempatkan dirinya di posisi penting dalam perpolitikan Indonesia.    Amin Rais menggunakan segala cara.   Tidak peduli cara salah atau cara kejam.    Amin Rais memilih jadi manusia bertanduk.    Atau Amin Rais ibarat sengkuni dalam pewayangan.

Sulit mencari celah untuk menjatuhkan pemerintahan Jokowi.    Bukan berarti berhenti dan menyerah.    Bercermin pada keberhasilan propaganda agama di pilkada Jakarta kemarin.    Amin Rais dan kelompok manusia bertanduk tetap berupaya mengobok-obok pemerintahan Jokowi melalui propaganda baru yaitu isu komunisme dan isu PKI.   Kedua isu sangat sensitif mengingat perilaku dan budaya rakyat Indonesia.    Dalam hal ini, rakyat Indonesia punya trauma kekejaman PKI.    Trauma rakyat mau dihidupkan kembali dan digiring kembali kepada ketakutan akan kebangkitan PKI .

Kekalahan Ahok dalam Pilkada DKI sungguh menyakitkan, justru juga memberi keuntungan besar.    Sehingga ada waktu panjang bagi kita untuk bisa lihat kondisi yang sesungguhnya pasca kekalahan Ahok.    Juga akan memberi pelajaran nyata kepada masyarakat agar tidak keliru dan tidak mudah dipengaruhi / tidak mudah dibodoh-bodohi di kemudian hari.

Jangan sampai rusaklah sistem pemerintahan yang ber-Bhineka Tunggal Ika dan ideologi Pancasila yang sudah meresap kuat di kehidupan rakyat Indonesia.    Keberagaman suku,agama , budaya dan sosial selama ini bener-benar dilindungi ideologi Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.

Maka saatnya kita perlu kejam mengusir manusia bertanduk-manusia bertanduk dari negeri tercinta ini , daripada nanti Indonesia jadi rusak ,akan susah pulih kembali.

Otak cangkok saya sebel melihat kelakuan manusia bertanduk berpakaian putih dan berpeci.

 

Kenapa Amin Rais Tidak Pilih Menjadi Malaikat ? | admin | 4.5