Jokowi Vs Fadli Zon, Mana Keduanya yang Suka Pencitraan?
Beribicara politik, maka mau tidak mau kita akan menjumpai dua tokoh penting ini. Saya sendiri sebagai rakyat jelata merasa perlu untuk menyuarakan isi hati saya untuk menilai (bukan mengomentari) kedua tokoh ini. Karena saya yakin, sebenarnya dua tokoh inilah yang membuat riuh suasana demokrasi di negeri ini.
Dulu saat tahun 2015 atau lebih tepatnya pencapaian pemerintahan Jokowi selama 1 tahun, sudah menjadi hal yang wajar apabila ada haters dan ada supporters di era pemerintahan Jokowi. Nah, salah satu haters yang selalu memikat hati kita dengan penuh emosi dan dicampur gelak tawa adalah si akang Fadli Zon. Sapaan “si akang” saya gunakan untuk lebih akrab ala orang ndeso.
Saat Jokowi memperingati 1 tahun pemerintahanya tersebut di tahun 2015, maka si akang Fadli Zon pun menganggap apa yang dilakukan Jokowi tak lain tak bukan hanyalah sebuah pencitraan belaka. Nah, menurut saya pribadi, kasus yang menarik adalah kasus si akang Fadli Zon yang berkoar tentang kinerja dan semua aktiftas Jokowi. Padahal dirinya sendiri si akang Fadli Zon juga perlu dikoreksi.
Komentar menggelitik hati nurani saya adalah saat si akang Fadli Zon mengomentari program Jokowi yang berupa Tax Amnesty atau pengampunan pajak. Si akang Fadli Zon berceloteh bahwa “Jokowi itu pencitraan. Harusnya program Tax Amnesty itu ditiadakan saja biar orang kaya mau memilihnya lagi diperiode kedua. Nah kalau begini kan orang-orang kaya menjadi malas dan kecewa karena telah memilih Jokowi”.
Dari ungkapan si akang Fadli Zon tersebut, apa pendapat kalian? Kalau saya pribadi mengenai soal pernyataannya tersebut, si akang Fadli Zon adalah orang yang termasuk dikategorikan manusia pelit untuk kesadaran dan kepedulian untuk membantu lajunya kemajuan dan pembangunan negara RI ini.
Maaf kan saya, kang Fadli. Saat saya menilai Anda sebagai orang pelit dalam urusan pajak, saya sendiri menyadari bahwa memang sudah menjadi sifat dasar manusia untuk selalu membenci dan menghindari pajak. Akan tetapi, bukankah bagi orang-orang kaya itu punya kewajiban lebih untuk memberi karena mempunya kelebihan harta daripada mereka yang miskin? Toh program Tax Amnesty itu lebih terkesan halus daripada mengambil kembali uang negara yang telah dicuri oleh koruptor dan dibawa ke luar negeri.
Terbaru, si akang Fadli menganggap pemerintahan Jokowi dan JK sangatlah lamban dalam menangani kasus kekejaman dan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) yang terjadi etnis Muslim Rohingnya di Myanmar.
Ungkapan si akang Fadli Zon ii tentulah sangat tidak berdasar sekali. Memang harus diakui Fadli Zon sangat aktif dalam menggerakkan cuitannya di Twitter. Sedangkan di sisi lain pemerintahan Jokowi JK sudah bertindak sangat cepat. Justru hal tersebut membuat si akang Fadli Zon mendapat cap sebagai pahlawan. Maksud saya adalah Pahlawan Kesiangan. Hehehe..
Sebelum kasus Rohingnya, si akang Fadli Zon juga telah melakukan dengan pencitraan dengan berfoto bareng dengan si Habib Rizieq saat di Mekkah. Padahal kita semua tahu bahwa sangat jelas sekali si Habib Rizieq adalah seorang yang dinyatakan Polisi sebagai tersangka. Anehnya lagi, si akang Fadli meminta kasusnya si Habib Rizieq dihentikan saja.
Melihat pernyataan si akang Fadli Zon yang meminta membebaskan si Habib Rizieq, kita merasa bahwa si akang Fadli memang suka pencitraan banget. Dari tingkah dan polahnya si akang Fadli teesebut, maka si akang Fadli pun mendapatkan bully-an yang luar biasa. Dan saya sangat salut dengan sifatnya yang kebal terhadap bully-an. Kita pun harus belajar akan makna ketabahan dari si akang Fadli biar kita kuat menghadapi bulyy.
Nah, yang terupdate lagi dan yang baru hot-hotnya, si akang Fadli Zon dilaporkan MKD karena jelas-jelas mendukung si Setnov yang menjadi tersangka dalam kasus KTP-elektronik. Saya sendiri tidak kaget apabila melihat si akang Fadli Zon melakukan hal ini, karena jelas-jelas ia akan dibayar oleh si Setnov. dan tentunya itu sudah pasti.
Akhir kata, sebenarnya siapakah yang suka pencitraan? Memang Jokowi bisa dikatakan pencitraan dan itu sah-sah saja. Karena pencitraan Jokowi itu sebagai teladan yang bagus.
Sedangkan si akang Fadli? Jelas jelas ia selalu membat pencitraan yang buruk. Dan pencitraan yang tidak bagus ini membuat kita mengelus dada kita.
Bukankah menurutmu apa yang saya pikirkan ini adalah sebuah kebenaran? Pikirkanlah hal itu !!!