simple hit counter

Jelang 30 September, Isu PKI Kembali Menyerang Jokowi

Presiden Republik Indonesia, Jokowi (Kompas)

Isu PKI sebenarnya adalah isu usang, sayangnya isu ini selalu dihembuskan baik itu oleh para pembenci Jokowi maupun orang-orang yang menginginkan rezim yang berkuasa selama tiga dekade kembali berkuasa di negeri ini.

Perihal isu PKI, Jokowi selalu diserang dengan tuduhan bahwa ayahnya adalah petinggi PKI. Sehingga menurut mereka, Jokowi secara otomatis adalah PKI. Bahkan kata mereka jika itu salah, Jokowi harus melakukan tes DNA untuk membuktikan bahwa itu salah. Dari sini pun saya heran, sejak kapan ideologi yang dianut oleh orang tua bisa menurun secara genetis kepada anaknya? Lagipula ayah Jokowi pun berprofesi sebagai pengusaha kayu, yang pada akhirnya usahanya diteruskan oleh Jokowi setelah beliau wafat pada tahun 2000.

Pun kerja sama dengan Partai Komunis Vietnam yang dilakukan Jokowi beberapa waktu lalu. Lewat logika ngaconya, mereka berkata bahwa Jokowi harus dipenjara 15 tahun karena bekerja sama dengan partai komunis. Padahal partai yang satu itu pun punya hubungan kerja sama dengan Partai Komunis Tiongkok, hubungannya akrab lagi. Tapi sekali lagi, hanya Jokowi yang salah dimata mereka.

Pada hari Minggu kemarin, beredar hoax yang masif, terstruktur, dan sistematis ketika seminar yang diadakan di gedung LBH dikatakan adalah seminar tentang PKI. Maka dari itu, sekitar 2000 orang pun langsung mengepung gedung LBH karena termakan isu bahwa seminar yang diadakan di gedung tersebut adalah seminar tentang PKI.

Hadeh. Saat polisi dan TNI sudah memberi kabar bahwa seminar itu bukan tentang PKI, banyak pihak justru menuding kebangkitan PKI berasal dari seminar itu. Maka para penggiring opini seperti lord Jonru pun mulai beraksi. Mereka langsung menggiring opini publik terutama bagian bumi triplek bahwa kebangkitan PKI semakin nyata. Dan tujuannya jelas mengarah kepada satu sosok, Jokowi. Jokowi kembali disalahkan atas adanya kejadian ini, beliau dituding tidak represif dan peka terhadap apa yang mereka sebut bahaya laten itu.

Ini jelas serangan-serangan yang ditujukan kepada beliau jelang 30 September. Dan serangan-serangan itu mulai digencarkan dengan kampanye menonton film Gestapu yang dahulu setiap tanggal 30 September selalu diputar oleh rezim Orba. Bahkan Panglima TNI, Gatot Nurmantyo menginstruksikan AD agar memutar film tersebut saat tanggal 30 September. (Sumber)

Saya sendiri tidak mempermasalahkan pemutaran film tersebut. Saya beranggapan bahwa film tersebut perlu juga diputar untuk mengingatkan bahwa tragedi kelam itu pernah mengisi perjalanan sejarah kita sebagai sebuah bangsa. Namun yang saya sesalkan adalah banyaknya adegan-adegan dari film ini yang tidak sesuai dengan fakta sejarah.

Yang paling utama adalah film Pengkhianatan G-30S/PKI ini menggambarkan bagaimana para jenderal yang diculik mengalami penyiksaan yang hebat. Tubuh mereka disayat-sayat dan diperlakukan secara biadab, sebagaimana dideskripsikan dalam orama yang terpampang di kompleks Mounmen Pancasila Sakti, Jakarta.

Namun kenyataannya tidak seperti begitu. Dalam laporan visum et repertum yang didapat sejarawan Ben Anderson dan diungkapkan dalam “How did the General Dies”, jurnal Indonesia pada bulan April 1987, disebutkan bahwa keadaan jenazah hanya dipenuhi oleh luka tembak.

Dari hasil visum yang dilakukan oleh tim yang terdiri dari dr. Lim Joe Thay, dr. Brigjen Rubiono Kertopati, dr. Kolonel Frans Pattiasina, dr. Sutomo Tjokronegoro, dan dr. Liau Yan Siang dijelaskan bahwa tidak ada bekas penyiksaan seperti penyiletan, pemotongan alat kelamin, ataupun pencungkilan mata. Semua organ tubuh dari jenazah para jenderal itu utuh dan hanya mengalami luka tembak. (Sumber)

Setiap ada kejadian-kejadian yang terjadi, tukang nyinyir selalu menyalahkan Jokowi atas apa yang terjadi. Di Indonesia banyak korupsi, wakil ketua DPR yang dipecat dari partainya bilang Jokowi harus bertanggung jawab. Di Rohingya sedamg terjadi tragedi kemanusiaan, wakil ketua DPR dari partai yang mantan kadernya bakar tujuh sekolah nyinyir kenapa pemerintah tidak bertindak. Saat pemerintah sudah bertindak dengan mengirimkan bantuan, ketua umum partainya bilang itu cuma pencitraan. Ingin ku berkata kasar rasanya.

Dan begitu juga ketika isu PKI kembali mencuat. Padahal TAP MPRS no XXV tahun 1966 yang berisi tentang larangan paham komunisme, marxisme, dan leninisme untuk dikembangkan di Indonesia masih berlaku. Tapi satu hal yang aneh adalah para kaum bumi triplek selalu saja bilang bahwa ada kebangkitan PKI. Sudah begitu, PDI-P selaku partai Jokowi pun difitnah sebagai partai penerus PKI. Saya kira ini fitnah yang kejam dan tidak masuk akal mengingat PDI-P sendiri merupakan partai yang berideologi nasionalis yang tentu beda dengan komunis.

Dan momen 30 September ini akan terus mereka jadikan sebagai momen untuk menyerang Jokowi. Karena ketika Jokowi diserang dengan isu anti-Islam mereka gagal, isu tidak perhatian ke Rohingya gagal, isu antek asing dan aseng juga gagal, yah akhirnya mereka kembali mencoba untuk menyerang Jokowi dengan isu PKI yang sebenarnya sudah berkali-kali gagal. Hadeh pusing dah bukannya kerja malah nyinyir.

Kali ini rumput yang bergoyang juga ingin berkata kasar.

Bagi pembaca yang ingin membaca tulisan saya yang lain, pembaca dapat membacanya di sini

Jelang 30 September, Isu PKI Kembali Menyerang Jokowi | admin | 4.5