simple hit counter

Halimah, Presiden Singapura Muslim dan Wanita, Kok Bisa?

Halimah Yakob, menduduki kursi Presiden Singapura (calon tunggal), sebagai Muslim yang taat dan berhijab. Terlepas dari sistem pemerintahannya, dimana Singapura menganut Kabinet Ministerial, bukan Kabinet  Presidensil seperti di Indonesia. Namun tetap Halimah Yakub adalah salah satu pimpinan tertinggi di Singapura.

Kabinet Ministerial, adalah susunan kabinet yang dalam menjalankan kebijaksanaan pemerintahan baik seorang menteri secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama dari seluruh kabinet bertanggung jawab langsung kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Kabinet Ministerial dipimpin oleh seorang Perdana Menteri (PM), bersama wakilnya.

Kabinet Presidensil, para menteri dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab langsung kepada Presiden, sedangkan kedudukan menteri-menteri hanyalah sebagai pembantu presiden dalam menjalankan tugasnya. Kabinet Presidensil dipimpin oleh seorang Presiden bersama wakilnya. Seperti di Indonesia sekarang.

Ketika rakyat Singapura ingin melepaskan diri dari kerajaan Diraja Malaysia pada tanggal 9 Agustus 1965, dan menyatakan keluar dari negara Federasi Malaysia (Negeri Negeri Melayu Bersekutu) maka secara resmi Singapura  memproklamirkan  kemerdekaannya dibawah kepemimpinan  Yusof bin Ishak sebagai Muslim dan sebagai presiden pertama, dan Lee Kuan Yew menjadi perdana menteri pertama Republik Singapura.

Tidak benar bahwa Halimah Yakob merupakan Muslim pertama yang jadi  Presiden Singapura, yang telah diberitakan oleh beberapa media daring.

Halimah Yakob bukanlah satu-satunya Presiden Muslim yang pertama di Singapura, tapi merupakan Presiden wanita pertama di Singapura, dan biasanya banyak ditentang oleh umat Muslim didunia mana pun juga, termasuk Indonesia.

Suatu langkah maju bahwa wanita Muslim seperti Halimah dari etnis Melayu (keturunan India), yang boleh memimpin atau menjadi presiden di negara yang mayoritas etnis Tionghoa di Singapura.

Karena Singapura merupakan negara multi-etnis atau multi-ras seperti Indonesia, sudah sejak pertama kali, Singapura memilih, memberi kesempatan dan menempatkan pimpinan tertinggi dari seluruh kalangan atau etnis untuk memimpin negara itu.

Singapura memiliki sejarah imigrasi yang panjang. Penduduknya yang beragam berjumlah 5 juta jiwa, terdiri dari mayoritas Tionghoa (70 %), Melayu, India, dan juga dari berbagai keturunan Asia. Sehingga penduduk Singapura adalah multi etnis, seperti di Indonesia.

Penduduk Singapura adalah orang asing yang bekerja dan menuntut ilmu di sana. Pekerja asing membentuk 50% dari sektor jasa. Negara ini adalah yang paling padat kedua di dunia setelah Monako. Singapura sebagai negara yang masuk jajaran globalisasi di dunia dalam Indeks Globalisasi tahun 2006.  Singapura merupakan sebuah kota, juga sebagai negara Singapura.

Halimah Yakob merupakan calon tunggal, atau satu-satunya calon dari empat calon (rival) lainnya, yang memenuhi syarat untuk menjadi ‘calon’ Presiden di Singapura. Alias menang WO, ha ha.

Apa yang beda dengan ibu Megawati?

Pertama, Ibu Megawati adalah Presiden wanita pertama, dan merupakan puteri Presiden pertama Indonesia, Soekarno. Sedangkan Halimah Yabob merupakan Presiden ke-8 dari Singapura, sebelumnya sebagai penjual nasi Padang khusus untuk pengadaan dan suplai gedung presiden di Singapura.

Kedua, Halimah Yakob dengan mulus menduduki kursi presiden sebagai calon tunggal yang memenuhi syarat, tanpa melalui pemilihan umum. Sedangkan Ibu Mega terhalang dengan birokrasi  dan ketidak adilan di DPR, dimana ketua MPR nya saat itu, adalah Amien Rais (AR). Semestinya  Ibu Mega, sebagai ketua partai PDIP yang memiliki suara terbanyak, hanya puas (diganjal AR), menjadi Wakil Presiden, mendampingi Presiden Gus Dur saat itu.

Ketiga,  Halimah sebagai presiden mewakili kelompok minoritas Melayu di Singapura, sedangkan Ibu Mega sebagai ketua partai PDIP, mewakili Muslim yang mayoritas memiliki suara terbanyak saat itu, tidak jadi Presiden,  karena diganjal AR.

Setelah AR melantik Gus Dur sebagai presiden RI, ditengah jalan Gus Dur diturunkan kembali oleh AR. Katakanlah sayang : “Kau (AR) yang memulai dan kau (AR) juga yang mengakhiri”. Hal ini tidak pernah terjadi di Singapura, hanya terjadi di Indonesia oleh AR (katanya) Bapak reformasi.

Kembali ke ‘laptop. Memang sistem pemilihan presiden di Singapura tergolong unik, karena sistem pemilihan tersebut memastikan calon dari ras tertentu untuk dapat mencalonkan diri, sebagai representasi dari kaum minoritas.

Kesederhanaan Halimah sebagai presiden, yang memilih tetap tinggal di rumah susun, yang hanya memiliki satu kamar, dan bukan sebuah apartemen yang mewah.

Kesederhanaan ini perlu diikuti oleh pejabat tinggi di Indonesia. Presiden Joko Widodo  sudah jelas telah menunjukan kesederhanaan beliau sepanjang menjadi Presiden RI.

Halimah menyatakan rencananya tetap tinggal di rumah susun itu setelah menjabat sebagai Presiden.

Halimah, ibu dari lima anak ini, telah menyelesaikan kuliah pada tahun 1978, kemudian bergabung dengan National Trades Union Congress (NTUC) atau organisasi perburuhan Singapura.

Karir nya dimulai ketika dia melangkahkan kakinya di divisi hukum NTUC untuk memperjuangkan hak-hak sebagai pekerja. Disini tempat Halimah merangkak dari bawah hingga terpilih menjadi Deputi Sekretaris Jenderal, orang kedua di NTUC.

Dalam waktu 30 tahun lamanya di NTUC, maka namanya menjadi terkenal dikalangan buruh Singapura.

Atas bujukan Perdana Menteri Goh Chok Tong, pada tahun 2001 Halimah Yakub terjun kedunia politik, dan terpilih sebagai wakil konstituen  Jurong, untuk mengukir sejarah sebagai wanita pertama yang menjadi anggota parlemen dari Suku Melayu.

Di tahun 2013, bulan Januari, Halimah Yakob terpilih sebagai Ketua DPR, juga merupakan wanita pertama yang menduduki  posisi itu.

Halimah mengukir sejarah kembali sebagai satu-satunya wanita, yang sudah dipastikan akan memperoleh kemenangan sebagai bakal calon Presiden yang lolos dari Komite Pemilihan Presiden, sebagai presiden terpilih sekarang.
Begitulah Kura-kura.
Untuk membaca tulisan saya yang lain disini

 

Halimah, Presiden Singapura Muslim dan Wanita, Kok Bisa? | admin | 4.5