simple hit counter

Fahri Menuduh Novel Baswedan Sembunyi Seperti Koruptor Di Singapura

DPR ingin gedung baru karena merasa bahwa gedung milik mereka yang sekarang miring 7 derajat padahal yang sebenarnya terjadi adalah otak mereka miring 70 derajat.

Fahri Hamzah, anggota DPR yang paling independen (secara harafiah) tanpa logika menuduh Novel Baswedan macam-macam. Awal perkara adalah beredarnya video Novel Baswedan sedang jalan-jalan di Orchad Road, Singapura. Nah, oleh Fahri Novel dituduh sedang sembunyi layaknya koruptor.

“Saya melihat video Novel jalan-jalan di Orchard Road, ya tolong di klarifikasi. Kalau dia jalan-jalan di Orchad Road artinya dia sehat, ya pulang lah ditangani oleh dokter-dokter Indonesia bicara di sini ada apa sembunyi di Singapura kayak koruptor BLBI gitu loh,” kata Fahri.

Entah apa yang ada di dalam otak orang yang satu ini. Penyidik KPK bisa disamakan dengan koruptor. Mungkin saja bagi Fahri anggota KPK itu adalah koruptornya koruptor. KPK kan selalu menangkap para koruptor dan menyita hartanya kan?

Selain itu, mari kita gunakan logika yang masih lurus dan belum semiring bibir Fahri. Novel Baswedan disiram air keras di bagian WAJAH. Untuk bisa berjalan dan jalan-jalan, kita memerlukan KAKI.

Setelah kondisi Novel stabil, ingat ya stabil belum berarti sehat, maka kalau mau jalan-jalan dokter bisa saja mengijinkan asal tidak berlebihan. Apalagi ada larangan apa Novel jalan-jalan di Singapura? Hukum apa yang melarang seseorang untuk jalan-jalan? Novel bukan terpidana kok.

Fahri bahkan dengan koplaknya menyatakan DPR bersedia memberikan perlindungan pada Novel. Hal itu dilakukannya dengan syarat Novel harus berbicara soal fakta dan bukan cari sensasi.

“Saya sendiri kalau Novel mau minta perlindungan ke DPR kita kasih perlindungan tapi ngomong yang benar jangan cari sensasi. Video tolong jelaskan itu, kalau sehat pulanglah,” ungkapnya.

Sejak kapan DPR memiliki hak untuk ‘melindungi’ siapapun? Melindungi pakai apa? Memangnya DPR punya hak memegang senjata? Kalau ada orang yang datang dan mengancam memangnya anggota DPR bakal melindungi Novel?

Ucapan ‘ngomong yang benar jangan mencari sensasi’ sudah pasti kita tahu apa maksudnya. Maksudnya adalah berikan fakta yang ‘sebenar-benarnya’ tentang kasus E-KTP lalu penyelidikan kasus ini dihentikan.

Mungkin saja Fahri tidak mau dan tidak sudi mengerti bahwa luka akibat air keras yang disiram ke wajah dan mengenai mata itu adalah luka serius. Pernahkah anggota DPR menjenguk atau mengecam insiden penyiraman air keras ini?

Lebih ektrim lagi, apakah anggota DPR ada yang meminta pemerintah untuk menginvestigasi lebih jauh soal kematian saksi kunci E-KTP di Amerika? Tidak bukan? Anggota diciduk korupsi langsung teriak-teriak tapi orang yang menginvestigasi mereka kena apa-apa langsung diam.

Mari kita perhatikan dengan seksama apa komentar Fahri soal Johannes Marliem, saksi kunci E-KTP yang meninggal di Amerika.

“Sekarang mulai bilang lagi kami tidak akan terganggu dengan hilangnya saksi kunci. Bagaimana katanya saksi kunci. Kalau hilang, kasusnya juga hilang dong,” tegas Fahri.

‘Kalau hilang, kasusnya juga hilang dong’. Kata-kata ini sungguh sangat kurang ajar dan tidak menghormati hukum. Katakanlah ada kasus pembunuhan dengan beragam bukti, tapi saksi mata pembunuhan tersebut menghilang. Apakah dengan otomatis kasus tersebut lenyap?

Memang kalau orang otaknya sudah miring cara berpikirnya juga akan miring. Kenapa bisa orang seperti ini menjabat sebagai anggota DPR? Apa yang diwakilinya adalah warga Indonesia yang ikut miring juga? Oh ya, dia kan sudah independen, tidak ada yang diwakili.

Sudahlah, DPR ini memang pantas dirombak luar dalam. Sangat sulit untuk menghormati DPR sekarang, mereka tidak tahu malu.

Kita harap saja kasus E-KTP menyeret sebanyak mungkin orang, kalau perlu kosongkan DPR. Kalau DPR tidak menggangu KPK pasti makin banyak koruptor yang ditangkap. Setuju kan?

Fahri Menuduh Novel Baswedan Sembunyi Seperti Koruptor Di Singapura | admin | 4.5