simple hit counter

Fachri Hamzah Ingin Kompleks DPR Seperti Capitol Hill, Ok! Tapi Benahi Dulu Mental dan Prilaku Anggota DPR

Fachri Hamzah kembali bikin kita terbengong-bengong seperti orang keracunan keong. Wakil Ketua DPR (tanpa fraksi?) itu mewacanakan pembangunan kota mandiri di kompleks gedung DPR. Tidak tanggung-tanggung, Fachri merujuk contoh kompleks Capitol Hill di Amerika Serikat. Wow, ide yang cetar membahana.

Capitol Hill adalah Gedung Kongres Amerika tempat para senator dan wakil rakyat berkantor. Kompleks itu dibangun sejak tahun 1800. Kini Capitol Hill menjadi sebuah kota mandiri dengan megintegrasikan kantor dan tempat tinggal para anggota kongres. Dan Facri ingin mengubah kompleks Gedung DPR-RI seperti Capitol Hill yang terletak di Distik Columbia. Fantastis dan prestisius bukan?

Bagaimana caranya? Ya dengan merenovasi Gedung DPR yang katanya sudah plus membangun apartemen untuk anggota parlemen di kompleks Gedung DPR yang sekarang. Kalau disetujui apartemen itu akan didirikan di bekas lokasi Taman Ria Senayan. Kelak kompleks parlemen akan menjadi kompleks eksklusif dengan segala kemegahannya.

Luar biasa memang wacana Fachri Hamzah ini. Tapi sebelum wacana menjadi realita mari kita beri catatan kritis kepada Fachri dan semua koleganya di Senayan. Boleh-boleh saja meniru Capitol Hill atau kompleks parlemen negara mana pun. Tapi apakah renovasi fisik menjadi hal paling utama bagi DPR kita saat ini? TIDAK!

Yang sangat mendesak untuk dilakukan oleh para DPR adalah melakukan REVOLUSI MENTAL. Dari mental penguasa menjadi mental pengabdi; dari mental korup (mulai dari korupsi anggaran pembangunan sampai korupsi waktu) kepada mental jujur dan bersih; dari malas dan molor menjadi wakil rakyat yang giat dan ulet bekerja; dari nafsu memperkaya dan mengutamakan kepentingan diri kepada mental melayani rakyat; dari gandrung gaduh kepada wakil rakyat yang menghadirkan kesejukan.

Jika revolusi mental itu bisa dilakukan, Fachri Hamzah tidak perlu bicara dengan tegangan urat leher yang tinggi, tidak juga sampai bibir dower.  Sebaliknya, ia cukup melentikkan jari saja dan pemerintah langsung tergopoh-gopoh menggelontorkan fulus ke Senayan. Kenapa? Karena mereka itu sejatinya adalah orang-orang terhormat, representasi suara rakyat, pemangku kekuasaan tertinggi di negara demokrasi. Tapi yang terjadi ibarat jauh panggang dari api.

Hal di atas membuat sebagian besar khalayak menyambut wacana yang diungkap Fachri dengan perasaan mules. Lagipula apa nanti tidak malu punya gedung megah seperti Capitol Hill tapi isinya orang-orang yang nihil prestasi. Boro-boro sama dengan parlemen Amerika. Kongres atau parlemen Amerika adalah lembaga yang sangat berwibawa. Mereka terbagi atas dua bagian: senat, terdiri dari 100 orang dan dewan perwakilan rakyat sebanyak 435 orang.

Tugas mereka jelas dan tidak ada silang sengketa karena benturan kewenagan, apalagi karena rebutan jatah kursi komisi basah. Mereka terpilih karena teruji dan terbukti kredibel, bukan karena bagi-bagi sembako atau suguhan amplop dalam aksi politik serangan fajar. Pada masa kampanye mereka bertarung dengan gagasan bukan dengan menjual isu SARA. Setelah terpilih mereka tidak rakus memperkaya diri sehingga tidak banyak yang terlibat perkara korupsi.

Fachry pastilah paham soal kredibiltas parlemen Amerika. Dan mestinya hal itulah yang ditiru terlebih dahulu, bukan malah tergiur pada kemegahan fisik. Prinsipnya dahulukan kualitas, maka fasilitas akan mengikuti. Jangan seperti orang yang ingin memakai baju baru tapi malas mandi. Atau jangan-jangan ada hal lain yang ingin didapatkan Fachri, cs jika gagasan itu diimplementasikan di kemudian hari.

Kini gagasan yang dilontarkan Facri itu diorkestrasi pejabat Senayan. Modusnya adalah renovasi gedung DPR yang konon katanya sudah miring 7 derajat. Soal kemiringan gedung parlemen itu juga menimbulkan polemik. Karena pakar konstruksi dari kementerian PUPR sudah menegaskan bahwa tidak benar kalau gedung DPR miring seperti disebutkan para legislator. Mantan ketua MK Mafud MD bahkan menyindir anggota dewan dengan mengatakan bahwa sebenarnya yang miring adalah anggota DPR sendiri.

Memang sulit memaknai secara lurus keinginan para wakil rakyat kita sekarang. Bukannya meremehkan peran institusi legislatif sebagai salah satu simpul dalam demokrasi. Tetapi prilaku mereka rasa-rasanya sudah tidak lagi mencerminkan sosok wakil rakyat. Mereka lebih sibuk berjibaku dalam pusaran politik kekuasaan ketimbang politik sebagai instrumen memperjuangkan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Demi kekuasaan mereka bertarung sampai ke daerah-daerah, dan ikut menggoreng isu SARA.

Sebagian berlaku seperti pagar makan tanaman dengan menilep uang rakyat. Bahkan Ketua DPR kini menyandang status tersangka korupsi. Fakta yang sangat MEMALUKAN. Sebagian lagi gigih membela partai dan ngos-ngosan memperjuangkan kepentingan ketua partai. Belum lagi etika verbal mereka yang bisa dikatakan sangat rendah. Lihat Arief Poyuono yang seenaknya menuding PDIP sama dengan PKI. Simak gaya bicara Fadli Zon dan Fachri Hamzah yang bisa bikin banyak orang terpaksa minum obat puyer sakit kepala.

Kalau sudah begini, apa yang bisa kita harapkan dari para legislator ini? Relakah kita menggelontorkan triliunan dana APBN untuk memfasilitasi mereka? CUKUP! Ada baiknya Sri Mulyani segera merealisasikan pernyataanya untuk memotong anggaran DPR karena negara lagi butuh banyak uang untuk membangun infrastruktur.

Lalu bagaimana rencana membangun Capitol Hill Indonesia di kompleks Gedung DPR Senayan? Lupakan saja! Gedung DPR yang miring? Luruskan dulu pikiran dan prilaku para legislator! Gampang kan?

Salam kemiringan 7 derajat.

 

 

Fachri Hamzah Ingin Kompleks DPR Seperti Capitol Hill, Ok! Tapi Benahi Dulu Mental dan Prilaku Anggota DPR | admin | 4.5