simple hit counter

Duh RK, Mengapa Berusaha Menjegal Dedi?

Pergerakan politik Pilgub Jabar masih dihiasi oleh tiga nama ini, Dedi Mulyadi, Deddy Mizwar dan Ridwal Kamil. Analisa para pengamat dan tulisan para penulis masih berputar-putar pada ketiganya. Apa yang ketiganya lakukan juga kerap menjadi sorotan dan ide tulisan.

Namun, dalam penglihatan penulis, dari ketiganya, yang paling banyak disorot adalah Dedi Mulyadi dan Ridwan Kamil. Apalagi antara keduanya seperti ada “sesuatu” yang kasat mata terlihat oleh publik, terutama netizen.

Dedi Mulyadi, biasa dipanggil dengan Kang Dedi, adalah bupati Purwakarta dua periode, dengan capaian prestasi tingkat dunia yang mengundang decak kagum. Banyak taman kelas dunia dibangun, dengan maskotnya Taman Air Mancur Sri Baduga dan lain-lainnya. Ada banyak destinasi wisata baru diciptakan dan telah mengundang wisatawan. Juga hotel gantung di tebing Gunung Parang yang bikin penasaran. Selain itu, gayanya yang populis tidak dibuat-buat, narasi budaya dan desanya yang menghasilkan berbagai capaian spektakuler, serta daya jelajahnya yang tinggi ke akar rumput, telah membuatnya menjadi sosok yang different dan sangat diperhitungkan para calon kontestan.

Apalagi posisinya sebagai Ketua Umum DPD Golkar Jabar. Beberapa bulan lalu, dalam Rapimda Golkar di Karawang, yang dihadiri oleh seluruh DPC Golkar Kabupaten/Kota se-Jabar, pengurus DPD Golkar Jabar, bahkan hingga pengurus tingkat kecamatan dan desa, mereka telah bulat dan aklamatif menetapkan Kang Dedi sebagai cagub dari partai ini. Dan pada tanggal 1 Agustus yang lalu, DPP Golkar telah mengeluarkan rekomendasi untuk mencalonkannya sebagai cagub Jabar dari Golkar. Artinya, untuk konteks pilgub Jabar 2018, Kang Dedi sudah sangat dekat untuk menjadi salah satu cagub yang akan memasuki arena pemilihan, siapa pun cawagubnya. Tinggal menunggu deklarasi atau pendaftaran resmi pada waktunya.

Ridwan Kamil, biasa dipanggil Kang Emil dengan inisial RK, adalah walikota Bandung satu periode. Di tangannya, kota Bandung berbenah lebih indah, berbeda dengan saat walikota sebelumnya, Dada Rosada. RK dikenal sebagai walikota yang memperbaiki trotoar dan beberapa taman. Trotoar dan taman inilah yang dilihat sebagai capaian prestasinya yang paling mencolok di mata publik. Sekalipun kaliber taman yang dibangun RK di kota Bandung jauh di bawah taman-taman yang dibangun Dedi di Purwakarta, namun citra sebagai walikota yang membangun taman dan trotoar telah RK miliki.

Namanya populer dan termasuk calon kuat dalam arena pilgub Jabar mendatang. Makanya Partai Nasdem jauh-jauh hari sudah mendeklarasikannya sebagai cagub dari partai ini. Dengan deklarasi ini, namanya makin disorot. Kiprahnya juga makin sering dipantau.

Menyadari Nasdem hanya memiliki 5 kursi dan jauh dari cukup, RK menjalin komunikasi dengan beberapa partai menengah ke bawah, seperti PPP, PKB, Hanura dan PAN. Besar harapannya agar partai-partai ini mencalonkannya.

Namun pastinya tidak mudah RK dicalonkan oleh para partai. Karena setiap partai menginginkan kadernya menjadi cawagub bagi RK. Lalu, seperti bisa dibaca dalam berbagai media online, cara komunikasi RK dianggap buruk dan terkesan arogan. Ada juga kesan bahwa ia memberi PHP (pemberi harapan palsu) kepada beberapa figur kader para partai. Ujungnya, dari para partai itu malah ada (Hanura) yang mundur dari mendukung RK. Ada juga kader partai yang dipinangnya (yakni Bima Arya) malah menolak dipasangkan dengan RK. Sementara PPP dan PKB juga memastikan keputusan. Jika PPP dan PKB bersama Nasdem jadi sepakat mencalonkan RK, itu sudah cukup memenuhi syarat pencalonan.

Mungkin karena belum pasti mendapatkan dukungan dari partai-partai ini, RK juga melakukan manuver dengan membidik Golkar yang sudah jelas-jelas mencalonkan Dedi Mulyadi. Sebenarnya, asal RK terus membangun komunikasi yang baik dan intens dengan Nasdem-PPP-PKB, pancalonannya aman. Ia bisa maju sebagai salah satu cagub yang bertanding.

Yang menjadi masalah kemudian adalah dia mencoba bermanuver menggoyang Golkar, partainya Dedi Mulyadi. Awalnya ia mewacanakan pemasangan dirinya dengan seorang kader Golkar dari Pantura Indramayu, dengan tagline Pasundan-Pantura. Segera setelah itu suara di DPP Golkar terdengar janggal. Nusron Wahid bilang bahwa pencalonan Dedi belum final dan Golkar masih membuka pintu bagi RK. Sesudah itu pula, ada beberapa orang yang mengaku ulama dengan nama Gema Jabar (Gerakan Ulama Jabar) mendatangi DPP Golkar agar membatalkan pencalonan Dedi sebagai cagub Golkar. Ada lagi sejumlah orang yang mengaku dari Forum Ulama Purwakarta juga menolak pencalona Dedi Mulyadi. Peristiwa-peristiwa ini terjadi segera setelah RK bermanuver memasangkan dirinya dengan kader Golkar Pantura itu, yakni Daniel Muttaqin bin Yance.

Dengan manuvernya memasangkan diri dengan kader laim Golkar saja, sudah terlihat bahwa RK bukan saja hendak menggoyang Golkar, tetapi juga terlihat hendak menjegal Dedi. Lain halnya jika ia menemui petinggi Golkar di Jakarta untuk memasangkan dirinya dengan Dedi Mulyadi, maka publik paling memahami bahwa ia hendak berduet dengan Dedi. Namun, ketika ia memasangkan dirinya dengan kader Golkar lain, lalu bermanuver ke DPP Golkar di Jakarta untuk maksud tersebut, maka publik melihat bahwa yang RK lakukan adalah menjegal pencalonan Dedi dari Golkar.

Mengapa demikian? Sebab, seandainya Golkar menyetujui manuver RK untuk memasangkan RK dengan Daniel, berarti Dedi tidak akan tercalonkan sebagai cagub. Sebagai ketua umum Golkar Jabar, rasanya berat hati bagi Dedi untuk mencalonkan diri lewat partai-partai lain ataupun perseorangan. Fatsun politiknya tidak elok. Di satu sisi, ia harus taat organisasi menjalankan keputusan DPP, namun di sisi lain (seandainya) ternyata Golkar mengusung RK-Daniel. Ini jelas berat bagi Kang Dedi. Sekalipun ia sempat bilang bahwa ia akan taat dan mengamankan keputusan partai, tetapi secara psikologis tentunya akan berat. Mungkin Dedi bisa legowo. Tapi akan lebih berat lagi psikologi para relawan dan simpatisan yang sekarang banyak terbentuk di mana-mana, dengan berbagai nama.

Berbeda dengan RK. Jika ia tidak didukung oleh Golkar, ia masih bisa dicalonkan oleh trio partai tadi. Bahkan, jika pun para partai itu akhirnya tidak cocok dengan gaya dan cara berpolitik Emil sehingga tidak jadi mencalonkan, toh RK masih bisa berjuang mencalonkan diri lewat perorangan. Seorang Emil berhak berjuang dicalonkan para partai, namun jika ia bermanuver untul menjegal pencalonan Dedi dalam pilgub ini, rasanya tidak elok secara fatsun politik. Apalagi adanya manuver sekelompok orang yang mengaku ulama itu, yang terjadi setelah ia bermanuver dengan mendekati Daniel. Memang tidak secara jelas RK ada keterkaitan dengan manuver para pengaku ulama itu. Namun dari kronologinya, terlihat bahwa manuver-manuver itu (baik manuver RK sendiri maupun manuver para pengaku ulama) bermuara sama: yakni menjegal pencalonan Dedi Mulyadi.

Kalau bagi saya, saya berharap RK bisa tercalonkan dalam Pilgub Jabar ini. Baik lewat partai, maupun perseorangan. Namun jika pencalonannya itu harus ia lakukan dengan berusaha menjegal pencalonan sosok lain, yaknj Dedi Mulyadi, tentu sangat disayangkan. Pada saat sebagian orang berharap ia bisa berduet dengan Dedi (siapa pun cagubnya), justru ia malah terlihat hendak menjegal Dedi dengan memasangkan dirinya dengan Daniel.

Yang saya tidak habis pikir, mengapa pencalonan diri harus dilakukan dengan menjegal orang lain yang juga punya hak dicalonkan? Mengapa tidak bareng-bareng saja, agar semua figur yang pantas menjadi cagub bisa sama-sama dicalonkan?.) Menginginkan sesuatu, tidak berarti harus melarang orang lain mendapatkannya. Bareng-bareng khan lebih elok, lalu bersaing secara sehat. Lagi pula, apa salahnya Dedi Mulyadi bila ia dicalonkan oleh partainya sendiri dengan dukungan bulat di graasroot?

Apakah Dedi Mulyadi tidak mengetahui manuver RK ini? Tentu saja sudah tahu. Dan ia malah sudah menanggapinya, kurang lebih begini, “Silakan saja Pak Ridwan Kamil bermanuver ke DPP Golkar. Yang memutuskan calon dalam pilgub memang DPP. Golkar memiliki mekanisme sendiri.”

Kita lihat saja apa yang akan terjadi di bulan September ini. Apakah RK berhasil menjegal Dedi dari pencalonan sebagai gubernur Jabar?

Sampurasun…

Duh RK, Mengapa Berusaha Menjegal Dedi? | admin | 4.5