simple hit counter

Detik-Detik Berbahaya di Semenanjung Korea (Part 1)

Di tengah duka etnis Rohingya di Myanmar yang mengalami tindakan ultra represif dari pemerintahannya, kini muncul lagi bahaya yang sudah lama terpendam dari Semenanjung Korea.

Hari ini Korea Utara melakukan uji coba Bom Nuklir Hidrogen yang berkekuatan sekitar 100 kiloton dan mengakibatkan gempa “mini” yang berkekuatan sekitar 6,2 SR dan terasa hingga ke mesin seismometer milik berbagai badan geologi dunia termasuk BMKG Indonesia.

North Korea Says It Tested a Hydrogen Bomb Meant for Missiles

Uji coba ini makin membuat suasana semenanjung Korea yang beberapa bulan belakangan ini panas semakin mendidih. Seminggu lalu dengan entengnya Korea Utara melakukan uji coba misil balistik ke arah kawasan udara Jepang bagian utara. Misil ini melewati pulau Hokkaido dan mengakibatkan masyarakat disitu mendapat peringatan siaga satu dari pemerintah Jepang dan diminta mengungsi. Walaupun misil itu “untungnya” jatuh ke laut lepas namun tentu hal ini tidak bisa ditolerir sama sekali karena sangat mengancam kehidupan masyarakat biasa di sekitar Semenanjung Korea.

Kim Jong Un

Lalu, sebetulnya bagaimana bisa Korea Utara yang sering dikira tidak memiliki kekuatan nuklir sebagai senjata, kini tiba-tiba menjadi momok yang berbahaya? Jawabannya ada pada Amerika.

Sejarah Singkat

Pada tahun 1994, Korea Utara mulai mengadakan pengayaan Plutonium dengan dalih sebagai sumber pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN). Tapi ternyata ini cuma kedok untuk membuat senjata nuklir. Akhirnya Presiden AS saat itu Bill Clinton mencoba melakukan negosiasi agar Korut menghentikan program pengayaan itu. AS menjanjikan Korut pembangunan 2 Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (dalam bentuk Light Water Reactor) yang lebih ramah lingkungan dan efisien namun dengan syarat bahwa Korut harus mau diawasi secara konstan oleh tim Pengamat yang ditunjuk oleh PBB. Korut pun menurut dan menutup tempat pengayaan Plutoniumnya, kemudian Korut juga diberikan 500.000 barel minyak setiap tahun secara gratis dari AS agar Korut bisa terus melakukan pembangunan energi selagi menunggu pembangunan reaktor nuklir dari Amerika selesai. Dana untuk pembangunan Reaktor Nuklir yang akan dibangun diperkirakan mencapai 4 miliar Dolar, namun dana itu baru mulai dicari oleh Amerika pada tahun 1998 atau 4 tahun kesepakatan dengan Korut. Karena pembangunan ini terus tertunda tapi uang sudah mulai turun maka Korut pun menggunakan uang itu untuk hal lain.

North Korea’s Nukes Are Probably Here to Stay
History lesson: Why did Bill Clinton’s North Korea deal fail?

Korut ternyata diam-diam memakai dana subsidi pembangunan Reaktor Nuklir dari Amerika untuk kembali melakukan serangkaian uji coba pengayaan materi Uranium sebagai bahan dasar senjata nuklir. Dan, akhirnya pada tahun 2003 di bawah George Bush, Amerika yang merasa dikibuli habis-habisan menghentikan segala macam bantuan ekonomi dan energi minyak kepada Korea Utara. Akibat hal ini Korut marah dan mengusir semua pengawas yang ditunjuk PBB dalam rencana pembangunan Reaktor Energi Nuklir yang tak kunjung jadi. Makin ironis adalah setelah pengusiran ini, teknologi nuklir Korut akhirnya makin berkembang pesat karena mereka kembali membuka pusat pengayaan Plutonium yang pada tahun 1994 ditutup, sehingga kini tak hanya memiliki Uranium, Korut juga mulai mempunyai Plutonium sebagai bahan dasar senjata Nuklir.

Dan pada tahun 2006, Korut melakukan ujicoba Senjata Nuklir mereka pertama kali….

George Bush yang sedang dipusingkan oleh konflik Irak dan Afganistan yang diciptakan dirinya sendiri dan tak kunjung selesai, akhirnya berusaha membujuk Korut secara putus asa untuk menghentikan program nuklirnya. AS menjanjikan kembali berbagai subsidi ekonomi dan bahkan mengeluarkan Korut dari daftar negara berbahaya, hal ini malah memancing kritik dari Jepang dan Korsel yang merasa Amerika malah kembali memberikan “makanan gratis” kepada rezim Korut. Dan, benar saja Korut secara cerdik memanfaatkan perjanjian dari Bush selama beberapa waktu dan tiba-tiba menarik diri secara sepihak setelah mendapatkan beberapa benefit dari AS.

Obama pun naik pada tahun 2008, diwarisi masalah ekonomi dalam negeri dan dunia yang kacau akibat Krisis Global Subprime Mortgage, akhirnya membuat Obama tidak terlalu memperhatikan masalah Korut dan menerapkan Strategic Patience (Strategi Kesabaran, alias gak ngapa-ngapain) dan berharap kepada Cina agar mampu “mengontrol” Korut. Obama merasa cukup dengan menempatkan pasukan dan menambah senjata di Jepang dan Korsel untuk “menakut-nakuti” Korut, dan pada beberapa kesempatan mengecam Korut jika melakukan tindakan provokasi kecil yang sering dilakukan kepada Korsel. Dan, akhirnya selama 8 tahun Obama menjabat, Korut yang kini dipimpin “darah muda” Kim Jong Un, mulai berhasil mencapai tingkat sempurna dalam persenjataan nuklirnya.

Kemudian hadirlah kini Donald Trump, yang tak bisa ditebak karakternya dan terkenal sebagai “loose cannon”…dan disaat bersamaan sekarang Korut berhasil mengadakan uji coba nuklir mereka yang paling ‘sukses’…

 

Bagaimana kelanjutannya? Nantikan di Part 2.

Detik-Detik Berbahaya di Semenanjung Korea (Part 1) | admin | 4.5