simple hit counter

Detik-Detik Berbahaya dari Semenanjung Korea (Part 2)

Untuk baca Part sebelumnya silakan klik di bawah ini:

Oke mari penulis lanjutkan pembahasan mengenai masalah konflik di Semenanjung Korea yang jika tak segera diselesaikan secara diplomatis bisa menjadi pemicu Perang Dunia ke-3. Bahasan berikut ini adalah murni analisis dan hipotesa penulis belaka dan bukan merupakan gambaran pasti langkah konkrit yang akan diambil.

Kini situasi Semenanjung Korea semakin berada di ujung tanduk, jika ada pihak yang salah mengambil langkah atau gegabah sedikit maka bisa dipastikan konflik dahsyat akan terjadi di kawasan Asia Pasifik. Yang pasti akan berakibat juga kepada ekonomi dan tatanan sosial seluruh dunia termasuk Indonesia. Lalu siapa pihak yang harus bisa menahan diri dan langkah apa yang bisa diambil? Mari kita coba analisa…

Situasi yang Mengharuskan Semua Menahan Diri.

Bisa dibilang ada lima pemain utama dalam krisis yang terjadi di Semenanjung Korea. AS, Korut, Korsel, Jepang dan Cina adalah pihak yang paling pertama merasakan hebatnya konflik jika memang intervensi militer jadi jalan terakhir yang diambil.

Kini semua pihak menurut penulis harus bisa menahan diri. Korut harus mau kembali diajak berunding di meja diplomasi dan membuka dirinya terhadap dunia luar dan juga mengurangi bentuk provokasi berbahaya yang makin sering gencar dilakukan. Karena percayalah jika empat negara lain (terutama AS dan Cina) mengambil langkah ekstrim tindakan militer kepada Korut, maka bisa dipastikan Korut bisa lenyap dalam artian yang sebenarnya dari muka bumi. AS, khususnya Donald Trump harus juga mengurangi retorika ancaman yang sering dikeluarkan kepada Korut, jujur penulis melihat bahwa konflik ini lebih ke arah ego masing-masing pemimpin terutama Donald Trump dan Kim Jong Un. Mereka seperti sedang adu ejekan jaman SMA yang biasa dilakukan sebelum akhirnya tawuran. Bedanya jika SMA tawuran menggunakan batu dan golok maka ini menggunakan nuklir. Donald Trump mungkin tidak ingin mengulangi kesalahan pendahulunya yang dianggap terlalu “menyepelekan dan memanjakan” Korut, tapi bukan berarti Donald Trump bisa dengan arogan mengancam negara Korut seenaknya. Dan untuk Kim Jong Un, jujur penulis tidak bisa melihat hal lain kecuali tindakan arogan dan provokasi Korut sebetulnya adalah bentuk “darah muda” Kim Jong Un yang sudah dianggap seperti “Dewa” oleh masyarakat Korut sendiri.

Korsel dan Jepang yang selama ini penulis lihat sebagai pihak yang paling bisa menahan diri harus bisa mampu membujuk AS dan Cina agar lebih memberikan tekanan ekonomi dan membuka diplomasi kepada Korut. Namun di satu sisi Korsel dan Jepang juga harus bersiap untuk kemungkinan terburuk, yaitu operasi militer. Untuk masalah opsi militer akan dibahas sehabis ini.

Misil Balistik Korea Utara

Nah, sekarang masuk ke Cina. Cina sebetulnya adalah “wild card” dalam konflik ini. Cina merupakan ‘sekutu’ utama Korut dan juga penyuplai ekonomi paling besar bagi Korut. Namun di satu sisi, kini Cina adalah negara industri kapitalis paling dahsyat dan juga melakukan banyak kerjasama dengan AS serta sekutunya. Sehingga jika terjadi konflik maka akan muncul kerugian finansial yang besar bagi Cina. Cina sendiri sebetulnya sudah mulai gerah dengan ‘kelakuan’ Korut yang seenaknya melakukan ujicoba nuklir dan berbagai provokasi. Karena jika Korut akhirnya dihabisi oleh AS dan sekutu maka tidak ada lagi penyeimbang kekuatan bagi Cina di perbataasan Cina-Korut dan juga di kawasan Asia Pasifik. Selain itu konflik ini akan membuat Cina dihadapkan langsung dengan AS, Korsel dan Jepang. Tidak ada yang diuntungkan dengan tindakan ini selain ego masing-masing pemimpin individu. Sehingga jalan terbaik bagi Cina adalah sebetulnya makin memberikan tekanan ekonomi ke Korut agar mau membuka pintu diplomasi dan menghentikan ‘kegilaan’ ini.

Ketika Sudah Tidak ada Jalan Lagi…

Ini adalah skenario terburuk dari penulis. Jika memang ternyata Korut atau siapapun melakukan tindakan provokasi yang akhirnya menelan korban jiwa, maka bisa dipastikan akan terjadi perang hebat.

Jika ini terjadi maka penulis berharap sedahsyat apapun konflik yang akan terjadi harus bisa dilaksanakan dengan cepat dan kilat sehingga memungkinkan untuk melakukan rekonsiliasi perdamaian. Penulis sendiri yakin jika terjadi konflik maka tujuannya cuma dua apakah Korsel yang menjadi pemersatu Republik Korea atau Korut yang mempersatukan Korsel di bawah panji Komunis. Jika dihadapkan pada pilihan ini, jujur penulis lebih suka kepada opsi pertama. Korsel harus diberikan kesempatan lebih untuk menjadi “pembebas” rakyat Korut yang sudah lama berada di bawah rejim otoriter.

Operasi militer sendiri penulis yakin sudah dirancang oleh semua badan intelejen negara terkait. Tapi seperti yang penulis tulis di atas, alangkah lebih baik jika Korsel diberi porsi lebih. Karena bagaimanapun juga sebetulnya Korsel dan Korut masih satu persaudaraan, jadi penulis mempunyai hipotesa rakyat Korut akan lebih bisa membuka diri kepada tentara Korsel yang datang daripada jika tiba-tiba pasukan AS atau bahkan Jepang ikut campur secara langsung. Ingat rakyat Korut yang sudah puluhan tahun terkena propaganda, percaya bahwa AS dan Sekutunya (kecuali Korsel yang dianggap saudara) adalah jelmaan setan. Selain itu jika tentara Korsel diberi porsi untuk menjadi ‘pembebas’ rakyat maka kesempatan rakyat Korut untuk malah berani membangkang terhadap rejim negerinya sendiri makin besar dan akan mempercepat proses perang.

Sedangkan untuk AS dan Jepang, penulis melihat bahwa jika terjadi konflik bersenjata maka peran kedua negara ini lebih kepada artileri berjalan dan penghancur instalasi militer Korut melalui superior kekuatan di udara dan laut secara efektif dan tepat. Tapi AS dan Jepang juga harus bisa meyakinkan Cina menahan diri agar tidak melakukan front peperangan baru di perbatasan Korut, karena jika ini terjadi bisa dipastikan akan timbul kekacauan. Cina mungkin akan memanfaatkan situasi perang ini untuk membangkitkan kekuatannya di kawasan Laut Cina Selatan. Sehingga harus diadakan diplomasi tingkat tinggi dulu agar semua negara yang terlibat dalam “penggebukan” ini tahu tujuan dan niat masing-masing dan mempersiapkan langkah preventif jika ada yang menyalahi aturan.

Pada tingkat ini semua negara di Asia selain 5 negara di atas, juga harus siap untuk segera mengambil langkah diplomatis dan bantuan sosial untuk segera melakukan pembangunan dan rekonstruksi pasca perang. Sehingga konflik ini tidak berlarut-larut dan akhirnya malah membuat petaka menjalar ke seluruh dunia.

Karena pada dasarnya semua ingin hidup tenang dan damai…

Detik-Detik Berbahaya dari Semenanjung Korea (Part 2) | admin | 4.5