simple hit counter

Derita Rohingya, dan Cerita Politikus Busuk Indonesia.

Dari tahun ke tahun kondisi etnis minoritas Muslim Rohingya tidak membaik di Myanmar. Tahun ini, puluhan ribu Rohingya kembali mengungsi ke Bangladesh karena desa-desa mereka dibakari tentara Myanmar, mereka dibunuhi.
Sekarang mereka terjebak di perbatasan, Bangladesh tidak mengizinkan mereka masuk, sedangkan tentara nasional Myanmar terus melakukan perburuan, saya simpati, saya prihatin, dan mungkin tidak hanya saya, seluruh warga Indonesia tentunya juga merasakan hal yang sama, kepahitan hidup rakyat etnis Rohingya di Rahikne bisa dikatakan sangat tidak bisa diterima oleh nalar sehat.

Kalau ada orang yang bilang, hidup saya lebih menderita dari pada siapapun, bagi saya, hidup anda tidak semenderita rakyat etnis Rohingya yang tinggal di Rahikne. Separah-parahnya orang miskin di Indonesia segelap-gelapnya penduduk yang katanya ilegal di berbagai pinggiran kota, tidak akan lebih parah ketimbang mereka yang tinggal disana Rahikne, karena disana seperti yang kalian tau, mereka hingga detik ini tidak diakui kewarganegaraannya sebagai warga Myanmar. berbeda dengan rakyat miskin Indonesia yang kalaupun mereka digusur, mereka akan direlokasikan ke rusun, tempat hidup yang lebih layak, itu semua karena mereka diakui sebagai warga negara.

Tentunya kita seluruh dunia mengecam! Mengapa di era kemajuan teknologi saat ini, masih saja ada hal seperti ini?! Akhirnya seluruh duniapun bertanya, termasuk Indonesia, termasuk juga saya.

Waktu yang akan menjawab

Detik berganti detik, hari berganti hari, bulan beretemu bulan, sampai akhirnya kami sepakat mendapat sebuah jawaban yang kami mengerti.

Jawabanpun akhirnya saya dapatkan, mungkin juga didapat oleh sebagian warga Indonesia yang lebih mempunyai pemikiran luas. Kita semua sepakat, kita mendapat jawaban dari Dubes RI untuk Myanmar Ito Sumardi, tentang bagaimana sebenarnya cerita yang terjadi disana.

Karena kita tau, kita sudah tidak bisa tertipu lagi oleh pemberitaan media luar tanpa mengecek terlebih dahulu kebenarannya “sendiri”. Belajar dari kasus Irak, Suriah, Libya, semua hancur karena kita percaya dengan pemberitaan diluar. Cukup negara mereka, dan jangan pernah ditambah lagi.

Cerita Perpolitikan Myanmar

Myanmar adalah negara, sebuah negara kecil yang memiliki 7 negara bagian, terletak disisi barat asia tenggara, sebuah letak yang cukup berdekatan dengan konflik timur tengah, sebuah pintu masuk yang sangat dekat untuk membuat porak poranda daerah asia.

Dilihat dari stuktur negara, Myanmar rupanya adalah negara terlemah selain Filipina, mengapa terlemah? Karena seperti apa yang kita dapat informasinya dari Dubes RI disana, kalau Myanmar ibarat memiliki 3 orang Presiden sekaligus dalam parlemen, 3 hak suara pemegang penuh kendali.

Kondisi perpolitikan mereka cukup carut marut disana, dimana Daw Aung San Suu Kyi sebagai salah satu pemenang suara terbanyak tahun 2015 sebesar 80% rakyat Myanmar, tidak bisa menjadi Presiden hanya karena status anaknya adalah warga negara Inggris.

Disingkat dengan sebutan DASSK, rakyat Myanmar yang sudah muak dengan pemerintahan lama akhirnya menaruh hati pada ibu ini, namun sayangnya deligasi pemerintah tidak bisa serta memuluskan karir berpolitiknya, ibu ini tetap diakui sebagai seseorang yang berkuasa, namun tidak formal sesuai konstitusi.

Nama Htin Kyaw adalah orang yang kita kenal dalam laman google sebagai seorang Presiden sah Myanmar, salah seorang diakui negara, dan mempunyai hak yang sesuai konstitusi, terlepas dari mereka berdua ternyata ada satu orang lagi yang bernama Jenderal Min Aung Hlaing. Seperti yang sudah dijelaskan diatas, pemerintahan jaman dahulunya “Myanmar” tidak bisa dilepas dengan mudah begitu saja, dan mereka masih baru memasuki era tersebut.

Ibarat contoh perbandingan sederhananya ialah, tahun 1998 era Soeharto dulu, adalah 2015-nya Myanmar, masih sangat dekat dan melekat, ibarat SBY yang dahulunya jendral, tetap masih bisa jadi Presiden di era kedepannya.

3 Suara yang berbeda, 3 suara menjadi satu dalam satu negara, ibarat Fadli Zin dengan Fahri Hasyim punya suara guna melindungi rakyat, tapi Prawobo juga punya kuasa mutlak dengan dalih “kepentingan keamanan negara” maka suara Fadli Zin dan Fahri Hasyim-pun akhirnya terabaikan.

Cerita Berkelahinya Etnis disana.

Ada perkelahian antar geng di Rahikne sejak lama, seperti cerita yang disampaikan kalau di Rahikne memiliki 3 Etnis dalam satu lokasi.

  • Ada warga asli Rahikne yaitu etnis Arkane(Nama sebutan lama) yang mayoritasnya adalah beragama Buddha.
  • Ada juga etnis Rohingya yang merupakan “buruh tani” sejak jaman kolonial Inggris, mereka yang di-impor sebagai pekerja di Rahikne sejak jaman perang itu, juga menetap sebagai warga Rahikne namun kewarganegaraannya tidak diakui.
  • Penduduk lain yang beragama sama dengan etnis Rohingya, namun memiliki perbedaan mutlak yaitu etnis Bengali, para warga yang merupakan pendatang dari Bangladesh ini merupakan sebuah warga yang diakui oleh negara sebagai penduduk muslim Rahikne.

Arkane dan Rohingya yang bersiteru ini merupakan satu cerita perkelahian antar dari cerita lain dalam negara Myanmar yang tentunya memiliki masalah yang sama juga di 7 daerah terpisah di Myanmar.

Cerita ARSA, ISIS, Tentara Myanmar

ARSA merupakan singkatan dari Arakan Rohingnya Salvation Army dahulu mereka dikenal dengan sebutan Rohingnya Solidarity Organization (RSO). Ada apa dengan mereka? Mereka adalah sebuah kelompok radikal di Rahikne yang berafiliasi dengan ISIS tentunya untuk ceritanya bualan yang katanya mereka membela etnis Rohingya, merdeka dari kafir Myanmar, dan hidup mulia dengan cita-cita 72 bidadari

Berita Rohingya muncul kembali ke publik akibat ulah mereka, merekalah yang meneybabkan Genosida akhirnya dilakukan lagi oleh pihak Militer, Kisah dimana para tukang jahid(Mujahid) ini melakukan pembunuhan kepada Polisi lokal di pos-pos Kepolisian,

Sontak keamanan negarapun akhirnya terganggu, munculah somasi untuk melakukan perburuan kepada kelompok teroris ini. Disinilah awal mula cerita pahit yang dibangkitkan lagi oleh para kelompok bodoh yang ngakunya memerdekaan rakyat.

Dalih memerdekakan, malah menjadikan warga Rohingya sebagai basis tameng, mereka yang berbaur sebagai rakyat Rohingya membuat tentara kesusahan mencari siapa saja mereka para teroris ini. Akhirnya keputusan beratpun diambil, yaitu menghilangkan kanker dengan mengambil bagian yang terkena kanker itu sendiri, pengaplikasiannya adalah dengan membunuh etnis Rohingya yang tidak berdosa pada lokasi “berbaur”nya kelompok teroris ini.

Perbuatan ini tentunya melanggar HAM dan sangat tidak dibenarkan, membunuh korban yang tidak bersalah, namun juga berat karena harus mencari ISIS disana. Sangat disayangkan mereka tidak seperti “Maute di Filipina” yang berhasil diungsikan keluar dari kota Marawi tempat ISIS berkuasa. Saya mengerti alasannya, karena etnis Rohingya tidak diakui sebagai warga negara.

Permasalahan Rohingya, Permasalahan Dunia

Dunia ini seolah butuh masalah demi kepentingan masing-masing, tiada hari tanpa konflik, tiada hari tanpa adanya cerita,  PBB Kembali memainkan peran propaganda terhadap etnis Rohingya.

Ada sebab saya menyebutnya propaganda, walau beda tipis sama kegiatan kemanusiaan, namun akan jadi propaganda apabila berat sebelah tidak melihat dari kedua sisi.

PBB yang melakukan kegiatan kemanusiaan terhadap peristiwa ini dengan membentuk tim pencari fakta, sayangnya PBB hanya datang melakukan investigasi ke kamp pengungsi tempat dimana basis ISIS masih “berbaur” dengan rakyat tak berdosa, PBB sangat tidak objektif dalam melihat situasi kemanan negara Myanmar yang juga terancam, oleh karenanya pembekuan visa untuk tim itu masuk Myanmar dibekukan.

Cerita satu sisi inilah yang diberitakan oleh media luar, BBC, CNN, Nytimes, Guardian, dan seluruh media internasional hingga ke Indonesia, cerita pahitnya rakyat etnis Rohingya yang terkena Genosida.

Cerita ini datang ke Indonesia

Rakyat Indonesia yang sangat cerdas rata-rata dapat terhasut dan terpovokasi dengan berita seperti ini, terlebih masalah SARA dibawa sebagai bentuk isu yang dihembuskan, makin jadi menggeliat.

Sebenarnya saya menghargai sifat rakyat Indonesia yang seperti itu, artinya mereka peduli, mereka “gotong-royong” untuk membantu pihak yang membutuhkan bantuan, aksi-aksi mereka saya tau sebenarnya murni dari hati masyarakat yang bersih tanpa intrik politik dan hanya berdasar dari rasa iba atau kasih sayang terhadap sesama.

Busuknya itu adalah para politikus, namanya juga tikus, hewan rakus yang banyak memakan keju dalam serial tom and jerry, egois juga licik untuk bisa lolos dari kejaran tom. Merekalah politikus Indonesia yang memainkan derita Rohingya sebagai angin segar buat mereka!

Berbagai macam framing Hoax dilontarkan, berbagai macam tudingan diucapkan, tujuannya adalah menjelekan nama Presiden, dan kubu yang bersebrangan dengan koalisi mereka. Menuding “karena mereka muslim, maka rezim tidak mendukung” Sebuah bentuk fitnah yang teramat sangat padahal jelas rezim ini sudah bertindak lebih cepat daripada cuitannya orang tersebut ditwitter.

Masing-masing pejabat mulai melancarkan aksi kampanye bahwa “mereka siap menampung masyarakat etnis Rohingya” seperti contoh yang baru-baru ini melakukan aksi stop humanity  cerita ini pernah dipakai dahulu saat 2012 dimana telah masuk 177 warga Rohingya ke Indonesia sebagai bentuk wujud “bantuan” – “penyelamatan” terhadap rakyat Rohingya, yang kenyataannya saat ini mereka

Ceritanya menyelamatkan, tapi belajar dari 177 warga diatas menurut kabar terbaru dari laman https://www.jawapos.com/read/2017/09/05/155225/di-kampung-pengungsi-bogor-warga-rohingya-sering-murung

Para pengungsi tersebut sudah tidak tau kemana dan sudah tidak terlihat lagi. Pertanyaanya, kemana mereka? Betapa tidak diurusnya mereka sampai pengawasan terhadap para pengungsipun begitu renggang walau klaimnya sudah ketat (dulu tahun 2012)

Faktanya derita mereka diungsikan ke Indonesia tidak merubah apa-apa selain hanya mereka bisa lebih hidup walau tetap statusnya sebagai imgran asing yang belum memiliki kewarganegaraan.

Memang ada sisi positif seperti itu, tapi tetap lebih positif lagi para pejabatnya, seolah-olah peduli, prihatin dan mengambil tindakan dengan “membawa mereka ke Indonesia” rakyat cerdas Indonesia tentunya sangat memuja karena ini merupakan sebuah tindakan yang teramat uh banget!

Tapi sebenarnya yang diuntungkan adalah para pejabat itu, para pejabat yang nantinya akan menjabat lagi pada periode setelahnya karena mereka saat ini telah berhasil mendapat politik citra dimata masyarakat! Kembali menikmati jutaan harta negara untuk kantong pribadi dan sanak keluarga. Sedangkan rakyat etnis Rohingya entah ada dimana, tidak jelas.

Derita Rohingya, dan Cerita Politikus Busuk Indonesia. | admin | 4.5