simple hit counter

MUI Buat Fatwa Haram Hoax, Ustad Tengku Malah Sebar Hoax! Pak Polisi..

Entah apa yang terjadi pada otak manusia ini, ia malah membuat pemberitaan palsu mengenai ucapan Rieke Dyah Pitaloka yang akrab saya kenal dengan sebutan Oneng. Manusia bergelar ustad ini mulai terpengaruh oleh Jonru dan mengalami penyakit ‘Jonru’, yakni menyebarkan pemberitaan hoax mengenai PDIP.

Mungkin selain dipengaruhi oleh penyakit ‘Jonru’, ia juga mungkin terpengaruh berat oleh Alfian Tanjung. Ia tahu bahwa Alfian Tanjung merupakan manusia yang dipanggil ustad juga. Alfian Tanjung ditangkap oleh polisi karena ucapannya mengenai PDI-P yang dianggapnya 80% merupakan kader PKI. Ini adalah fitnah keji yang dilontarkan kepada partai pemenang pilpres 2014.

Semakin membuktikan bahwa mereka tidak lebih dari seorang pengecut yang tidak rela kalah, tidak seperti Ahok, kalah dan menerima keberadaan kekalahannya. Seorang ustad yang suka bermanuver dan terkenal sebagai haters Basuki Tjahaja Purnama pun melakukan blunder fatal mengenai PDI-P.

Memalukan! MUI Haramkan Hoax, Ustad Tengku Malah Bikin!

Jika Alfian Tanjung bisa ditangkap, bukanlah hal yang mustahil jika dedengkot MUI ini juga ditangkap dan diproses hukum. Jelas-jelas ia sudah memberikan fitnahan kepada Rieke Dyah Pitaloka, salah satu kader PDI-P, mantan politikus PKB pimpinan Muhaimin Iskandar.

Rieke adalah anggota DPR periode 2009-2014 dari PDI-P untuk dapil Jawa Barat. Di DPR, ia merupakan salah satu anggota komisi IX, dan memiliki konsentrasi dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Rieke berkonsentrasi dalam membangun sistem mengenai Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Jadi saya pun awalnya heran jika Ustad Tengku Zulkarnain memfitnah orang ini, yang jelas-jelas tidak terlihat hubungan sangkut pautnya dengan PKI. Kesimpulan sementara, Tengku Zulkarnain salah sasaran. Bahkan ia mengutip Kompas TV. Beginilah akibat dari kebodohan-kebodohan yang dirancang. Alih-alih ingin merancang kebodohan yang terstruktur, sistematis, dan masif, ia malah melakukan blunder fatal.

Mungkinkah Tengku Zulkarnain ingin membangkitkan cara-cara lama dari rezim Orde Baru dalam membubarkan partai dengan cara menggiring opini publik dan memelihara trauma PKI? Mungkin hal ini terlalu jauh untuk disimpulkan. Namun tentunya, kita tahu bagaimana penggiringan opini publik mengenai kesadisan PKI sampai saat ini sangat kencang.

Ditambah bumbu-bumbu manis mengenai kesuksesan dan jasa Soeharto di Indonesia, membuat ia seperti seorang pahlawan, untung saja usaha penyematan gelar pahlawan kepada Soeharto menemui jalan buntu pada tahun 2016.

“Kami keluarga korban pelanggaran HAM masa lalu yang melakukan aksi damai di depan Istana Presiden setiap Kamis, menolak gelar pahlawan untuk HM Soeharto.. Berarti kehendak pemerintah sudah kuat untuk berikan gelar kepada Soeharto, tetapi rakyat masih banyak yang ingat bahwa kejahatan Pak Harto itu sangat banyak sekali..” ujar Maria Katarina Sumarsih, ibunda Bernardinus Realino Norma Irmawan atau Wawan, mahasiswa Universitas Atmajaya yang tewas saat Tragedi Semanggi I tahun 1998.

Hoax terus! Junjungannya siapa sih?

Mengapa isu asu mengenai PKI ini terus menerus semakin kencang menyambut peringatan kita akan aksi kelap 30 September 1965? Bukanlah hil yang mustahal jika kita melihat ada sebuah dorongan dan keperluan, lebih tepatnya kehausan para mantan jenderal untuk kembali berkuasa di Indonesia. Kekuasaan yang selama ini ‘direbut’ dari tangan mereka oleh seorang mantan pengusaha mebel di Solo bernama Joko Widodo, mencoreng hitam muka para jenderal.

Sempat ditolak, sakitnya tuh disini…

Ternyata stigma ‘pemimpin harus dari kalangan tentara’ sudah basi, karena jelas, tujuan tentara ada di Indonesia adalah menjaga ketenangan, bukan untuk berkuasa. Karena jika tentara diberikan kekuasaan, kita akan melihat bagaimana mereka akan hidup, bukan rakyat yang hidup. Apakah kalian rasakan bahwa dalam 30 lebih tahun Soeharto berkuasa, dan 10 tahun SBY berkuasa, tidak ada yang didapatkan rakyat?

Kita lihat saja bagaimana BJ Habibie, Megawati, dan Gusdur memimpin Indonesia, banyak sekali perubahan-perubahan dan kebijakan yang pro rakyat. Ini fakta, bukan sekadar opini. Jadi bagi saya sangat jelas, tentara harus ada untuk dipimpin oleh rakyat, bukan memimpin rakyat.

Si Vis Pacem Para Bellum – If you want peace, prepare to war

Si Vis Bellum Para Dolus – If  you want war, prepare a hoax!

Jadi sebenarnya isu-isu asu yang disebarluaskan oleh Tengku Zulkarnain, seorang yang diberikan gelar ustad, jelas melanggar UU ITE, mengenai pemberitaan hoax. Tengku, siap-siap bereskan pakaianmu, jangan lupa bawa kerupuk dan terasi, karena belum tentu di negeri seberang sana ada makanan seenak di Indonesia, kalau kamu mau umroh mendadak. Hahaha. Siap-siap dilaporkan ke polisi, dan kamu akan diproses, dan saya berharap kamu dan Alfian Tanjung cepat-cepat mendapatkan pertobatan dan hidayah dari Tuhan! Si Vis Bellum Para Dolus – If  you want war, prepare a hoax!

Betul kan yang saya katakan?

Jika pembaca Seword ingin melihat dan menikmati buah pemikiran saya yang lainnya, silakan klik link berikut:

https://m.tempo.co/read/news/2016/05/20/078772642/soeharto-dianggap-tak-pantas-jadi-pahlawan-ini-buktinya

https://news.okezone.com/read/2016/05/21/337/1394142/keluarga-korban-semanggi-tolak-soeharto-jadi-pahlawan

MUI Buat Fatwa Haram Hoax, Ustad Tengku Malah Sebar Hoax! Pak Polisi.. | admin | 4.5