simple hit counter

Astaga.. Saracen Ditunggangi Parpol! Partai Korupsi Sapi atau ‘Ngeri Ngga’?

Perlahan namun pasti, ibarat ingus kental yang keluar masuk di hidung mengalir ke bawah bibir, tabir-tabir mulai disingkapkan. Tabir aktor di balik Saracen menjadi pembahasan artikel ini. Saracen yang merupakan sebuah anak haram dari NKRI, mulai berulah untuk merongrong NKRI, dengan ujaran kebencian dan isu SARA yang dilemparkan secara terstruktur, sistematis dan masif. Namun parpol mana yang mengendalikan Saracen?

Penyidik dari kepolisian sekarang sudah menemukan secercah cahaya untuk mengangkat lagi kasus Saracen, yang dengan terstruktur, sistematis dan masif, dalam menyebarkan ujaran kebencian berkonten SARA di media sosial.

Setelah Jasriadi, Sri Rahayu Ningsih, dan satu orang lagi saya lupa, ditangkap, polisi terus melakukan proses penyelidikan. Peningkatan progress ini, membuahkan hasil. Seorang perempuan yang terlihat lebih dekat lagi dengan kubu sebelah yang memenangkan Pilkada DKI, diciduk, karena disangkakan melakukan transfer 75 juta ke rekening Saracen. Namun sampai sekarang, orang-orang dan organisasi-organisasi yang memenangkan pemilihan kepala daerah DKI masih bisa membantah. Memang bukti tidak cukup.

“Saracen hanya satu dari sekian kelompok yang dikelola dan didanai kelompok besar. Pengendali kelompok besar itu seorang politikus yang berasal dari sebuah partai politik. Dari analisis dan hasil pemeriksaan yang kami lakukan, nanti ketahuan… Semuanya berpusat ke satu kelompok di atasnya dan ada ruang-ruang yang menghubungkan antar mereka… Dia belajar autodidak. Jasriadi bahkan membuat pelatihan khusus cara-cara menulis ujaran kebencian di Hambalang. Dia sempat hendak menjadi pemateri (pemberi materi) sebuah pelatihan, tetapi keburu kami tangkap. Kami fokus pada tindak pidana yang dilakukannya…, Kami telusuri semua itu. Sekarang kan dampaknya…,” sebagaimana penuturan Kasubdit I Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Kombes Irwan Anwar

Nah, pembaca Seword sudah tahu bukan, bagaimana kejamnya permainan politik di Indonesia. Parpol-parpol mudah sekali menjadi besar. Parpol-parpol bermasalah pun bisa menang, jika ada isu SARA yang digoreng, dibakar, ditumis, di-cah, dan diolah sedemikian rupa untuk merusak konstelasi politik orang-orang jujur.

Orang baik harus dikalahkan dengan orang rasis, dan mereka masih berkeliaran bebas di Indonesia. Indonesia yang menjunjung tinggi persatuan, kesatuan dan kebinekaan, harus diluluh-lantahkan oleh orang-orang dan politisi partai yang memiliki agenda kelam di Indonesia.

Mereka sangat mungkin merupakan orang-orang kuno yang kelaparan dan mulai bangun, karena merasa kekeringan di bumi Indonesia dengan kejujuran Presiden Joko Widodo. Pak De yang bersih, menjadi ancaman terbesar bagi politisi-politisi kuno tersebut.

Bahkan saking desperate-nya, mereka dengan sangat memalukan membangkitkan isu-isu mengenai PKI. Bahkan seorang ustadz bernama Alfian Tanjung, yang mungkin saja dekat dengan parpol pemenang pilkada DKI, mengatakan bahwa 80% kader PDI-P adalah PKI. Ketakutan semacam ini rasanya bukan muncul mendadak.

Pemikiran-pemikiran ketakutan kepada PKI, ketimbang DI/TII, yang tercatat dalam sejarah melakukan pemberontakan lebih sadis, yakni 5 kali yang nyaris menghilangkan nyawa seorang ulama PBNU, KH Idham Chalid yang pada saat itu sudah lima tahun menjadi wakil ketua PBNU. Saya tidak sembarangan berbicara akan hal ini, ada bukti yang terekam jelas dari NU. Berikut linknya: http://www.nu.or.id/post/read/71098/peristiwa-idul-adha-berdarah-

Jadi sebenarnya, ketakutan kepada PKI adalah sebuah ketakutan yang mengada-ada. Mungkin banyak kaum sumbu pendek yang menganggap kalimat saya ini adalah dukungan kepada PKI. Izinkan saya untuk menjawab dengan sederhana respons yang mungkin muncul dari kaum sumbu pendek. Sama sekali tidak terbersit di pikiran saya mengenai membela PKI.

Pertama, saya tidak tahu siapa PKI karena mereka sudah lama bangkit. Kedua, saya yang sudah belajar sedikit mengenai konsep komunisme, saya agak khawatir bagaimana hancurnya Indonesia jika ideologi komunisme dan sosialisme diejawantahkan di Indonesia. Namun sayangnya, ketakutan kepada PKI itu seolah-olah dimunculkan oleh Alfian Tanjung dan kawan-kawan.

Saracen yang menjadi corong politisi, mulai terkuak. Otak di balik Saracen adalah politisi sebuah parpol! Namun parpol apa yang menjadi dalang dari semua kehancuran yang terjadi di Indonesia, khususnya di Jakarta? Ini yang saya juga tunggu-tunggu. Semoga saja bukan partai korupsi sapi dan partai ‘ngeri ngga’. Kalaupun iya, tentu kita pun tidak kaget.

Betul kan yang saya katakan?

Jika pembaca Seword ingin melihat dan menikmati buah pemikiran saya yang lainnya, silakan klik link berikut:

http://mediaindonesia.com/news/read/123114/saracen-dikendalikan-parpol/2017-09-19

https://nasional.sindonews.com/read/1234357/16/ungkap-dalang-dan-klien-saracen-1503861170

 

Astaga.. Saracen Ditunggangi Parpol! Partai Korupsi Sapi atau ‘Ngeri Ngga’? | admin | 4.5