simple hit counter

Denny Siregar

Enam bulan lalu Denny Siregar bikin saya terharu terenyuh. Secara khusus pengarang fenomenal ini menulis tentang saya. Judulnya Birgaldo Sinaga.

Isinya bikin saya geer ke langit ke tujuh. Bayangkan pria tamvan kece badai ini menulis dengan epic tentang saya yang wajahnya selalu nongol mengabarkan aksi di pengadilan dan blusukan ke kampung padat penduduk, gang2 sempit. “Gile elo berani banget bro.. Gak takut mati elo dijalanan?”, katanya heran sambil menghembuskan sebatang rokok mildnya di sebuah kedai kopi bilangan Cikini.

Itu tulisannya lima bulan lalu saat saya dan Denny satu padepokan membela Ahok Djarot. Kemarin Denny menulis lagi tentang saya. Judulnya sama Birgaldo Sinaga. Cuma tulisannya kali ini bikin saya ngakak guling2 sembelit. Lucu abis tapi berair mata. Sembari menikmati gurihnya sup buntut saya baca kata per kata yang menusuk kalbu. Duhhh

Meski pahit, rugi kalo kelewatan membaca tulisannya yang gokil habis meskipun tawa saya pahit serasa minum jamu sari rapet cap Nyonya Meneer yang sudah tidak berdiri lagi karena pailit itu.

Bayangkan Denny menulis katanya saya pede pamer perut gendut dengan udel menantang. Emang saya Pamela Anderson apa suka pamer perut? Padahal Raisa juga tahu sebenarnya perut saya itu six pack. Cuma saat turun aksi dijalanan menggembung masuk angin. Ya jelas beda dengan perut Denny yang lebih suka nikmati kopi di kedai kopi ber AC.

Belum lagi kegundahannya yang sakit kepala jika melihat senyum wajah kharismatik saya selalu muncul di timeline fesbuknya. Denny senewen sampai ke ubun2 jadinya melihat wajah saya. Tapi dulu Ia tidak senewen kok. Wajah tamvan kece badai saya juga sering nongol. Dulu Ia memuji tapi sekarang ngenyek.

Kenapa? Usut punya usut, itu karena Denny jagokan Dedi Mulyadi sementara saya jagoin Ridwan Kamil. Tulisannya terakhir berbau politis. Ada aroma persaingan yang terasa kental. Padahal waktu kami memperebutkan Raisa tidak begitu keras perseteruannya. Karena kami sadar tidak mungkin menang melawan Eko Kuntadhi jagoan yang selalu muncul belakangan.

Kemarin entah bagaimana saya ditakdirkan satu baris duduk dalam pesawat terbang dari Jakarta ke Pekanbaru. Saya, Denny dan Eko diundang ke Pekanbaru berbicara soal Menjaga Indonesia. Bete juga sih sebaris duduk dengannya. Padahal saya sudah komat kamit berdoa semoga saya dijauhkan dari orang yang selalu minum kopi sachetan selalu ngutang.

Ini adalah perjumpaan yang ke lima kali seingat saya dengannya. Perjumpaan pertama Ia lebih banyak curhat soal kisah asmara masa mudanya yang gagal melulu. Dari sepuluh cewek yang ditembaknya lima belas marah2. Lima menjadi gila. Lho kok bisa? Ya bisalah, Emak2 cewek itu juga jadi korban Denny.

Perjumpaan kedua di Kokas. Waktu itu Denny lumayan stabil. Ia tidak lagi bicara masa lalunya yang getir. Maklum, soalnya saya ancam kalo sempat curhat kisah asmara pahitnya lagi saya akan taburkan bubuk Jessica ke dalam kopinya. Untuk apa lagi hidup kalo meratapi masa lalu yang perih itu. Bagus bunuh diri aja, Ye kann.

Mark Zukenberg bisa disebut orang yang mengubah peradaban dunia. Temuan jejaring medsos mengubah perilaku manusia. Dalam irisan lebih kecil lagi Denny ada pada barisan orang yang mengubah Indonesia. Ia mengubah cara pandang dan cara pikir banyak orang melalui tulisannya yang, renyah, segar, menghibur juga menginspirasi.

Setahun lalu, sebelum Denny seterkenal sekarang ini, saya pernah menulis tentangnya. Waktu itu saya menulis Dessta, Denny Siregar Suara Kita.Denny sosok penulis yang hebat. Gaya tulisan satirnya keren banget. Prabowo kalo baca tulisannya bisa berubah jadi Fadli Zon seketika. Ngeri.

Denny menjadi ikon penulis yang paling berhasil mengocok perut emak2 sedunia. Sering saya bertemu dengan emak2 di pasar mereka membicarakan Denny.

Paling sering emak2 ini bertanya kepada saya soal kabar berita kebenaran Denny pernah satu kos dengan Ratna Sarumpaet di Cawang. Saya hanya nyengir kuda Hambalang saja. Susah menjawabnya. Gak enak bocorkan rahasia teman sendiri.

Tapi saya tahu Denny sosok sahabat sejati. Rasa kesetiakawanannya tinggi. Bayangkan meski stresnya sudah ke ubun2 Denny masih sanggup menulis panjang tentang saya.

Kebayang tidak betapa cintanya Denny kepada saya. Dua tulisan berjudul Birgaldo Sinaga dalam dua sudut yang berbeda. Itu artinya Denny lagi suka saya. Saat di pesawat terbang, saya lebih memilih mendengkur tidur. Saya merasa ada yang aneh pada tatapannya. Lain dari biasanya. Bikin merinding bulu kuduk. Atutttt

Salam
Birgaldo Sinaga

Denny Siregar | admin | 4.5