Kenapa Nama Ahok Susah Hilang Dari Warga Jakarta?
Beberapa hari ini politik Indonesia mendapatkan angin segar juga angin busuk tidak karuan.
Kenapa saya bilang angin segar?
Sebut saja berita Megawati dengan SBY, meskipun keduanya tidak lagi menjadi pejabat negara namun dipungkiri atau tidak kedua orang ini masih memiliki pengaruh yang sangat besar dalam peta perpolitikan Indonesia. Salah satunya adalah karena partai besutan mereka menguasai pulau Jawa. Jawa Timur partai Demokrat menapakkan kakinya dengan adanya Pakde Karwo sebagai Gubernur Jawa Timur.
Di Jawa Tengah PDIP Perjuangan besutan Megawati Soekarno putri menempatkan Bapak Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah. Jadi kedua orang ini memiliki partai yang tidak bisa dianggap remeh. Dengan adanya momment dimana Megawati-SBY bersalaman merupakan momen indah yang tidak bisa dilupakan negeri ini begitu saja. Karena memang kedua tokoh ini sudah lama tidak bertatap muka, bertegur sapa serta bersalaman.
Jadi adanya peristiwa bersalaman dari kedua tokoh ini merupakan sebuah simbol menyejukkan bagi negeri ini terlepas apapun dukungan partainya, terlepas apapun kepentingannya saya pribadi tidak terlalu peduli dan lebih pada melihat masalah ini sebagai sebuah kesejukan semata. Jadi saya tidak terlalu tertarik untuk menghubungkannya dengan koalisi 2019 dan sejenisnya. Saya berhenti dikesimpulan bahwa dihari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia momen tersebut tentunya sangatlah indah.
Kenapa saya bilang angin busuk?
Beberapa waktu lalu ada sebuah berita yang menyebutkan bahwa Wakil Ketua DPR RI kita yang terhormat Bapak Fadli Zon mengadakan sebuah pertemuan dengan Habieb Rizieq. Entah pertemuan ini sebuah ketidaksengajaan atau sebuah pertemuan yang memang sudah direncanakan saya pribadi tidak tahu dan tidak peduli dengan agenda beliau (Fadli Zon).
Namun sebagai warga negara saya merasa risih, saya merasa geli dengan tingkah laku bapak Wakil DPR RI yang satu ini. Masih teringat hangat di telinga kita bagaimana dengan konyolnya foto Fadli Zon dengan Donald trump beredar dengan pose konyol, kemudian berita tentang anaknya yang meminta fasilitas menyebar luas di dunia maya. Ini tentu membuat kita merasa lucu dan risih saja. Di tengah perayaan kemerdekaan Indonesia, ditengah perjuangan SEA GAMES 2017, ditengah adanya opini pembangunan gedung DPR yang diisukan miring.
Orang satu ini malah pelesir ke Mekkah untuk menemui seseorang yang dimana menurut saya pribadi juga tidak seberapa penting bagi bangsa Indonesia. Masih banyak hal yang bisa dilakukan seorang wakil DPR dan tentunya sangat bermanfaat bagi rakyat daripada harus bertemu dengan seorang yang menurut saya tidak penting. sebenarnya sah-sah saja apabila Fadli Zon menemui Habieb Rizieq, namun kepentingannya apa? apa tujuannya> apa faedahnya? apa manfaatnya sebagai bangsa Indonesia. Orang yang mengaku WNI saja dia tidak berani pulang kenegaranya, lalu buat apa ditemui? Tidak penting sama sekali.
Nah, ada yang menarik teman-teman.
Setelah hampir 3 bulan tidak menulis akhirnya keturutan juga untuk menulis. Saya langsung mantab dan teringat akan sosok pak Ahok (Basuki Thahaja Purnama). Saya pun langsung ingin menuliskan beliau, akhirnya saya kulik-kulik berita di internet hingga saya membaca sebuah berita tentang hadiah sepeda dari Bapak Djarot Gubernur DKI. Disebutkan bahwa Pak Djarot akan memberikan sebuah sepeda kepada salah satu peserta yang bisa menjawab pertanyaannya.
Pertanyaan beliau saat itu adalah : Sebutkan 3 Gubernur DKI Jakarta?
Ada momment lucu dimana salah satu peserta menyebutkan bahwa Anies adalah Gubernur Jakarta, namun Pak Djarot langsung menjawab bahwa Pak Anies belum menjabat sebagai Gubernur Jakarta. Rasa-rasanya seperti sebuah psywar yang sangat halus hahahaha. Pada jawaban berikutnya akhirnya muncul nama Pak Ahok dan juga Pak Djarot. Anak itupun akhirnya mendapatkan sebuah sepeda seperti yang dijanjikan.
Dikutip dari Kompas
Sedikit menarik untuk dikulas, kenapa?
1. Coba bayangkan jika pertanyaan itu diajukan kepada orang-orang FPI? Pasti nama Ahok tidak akan muncul disana. Karena mereka sendiri tidak mengakui Ahok sebagai Gubernur/mantan Gubernur DKI Jakarta. Terbukti dalam sejarah bahwa mereka membuat gubernur tandingan.
2. Bagaimana jika pertanyaan itu diajukan kepada lawan politik seperti Fadli Zon? Pasti Fadli zon lebih suka menyebut nama Ali Sadikin atau Sutiyoso. Saya sangat yakin betul dia akan sangat enggan untuk menyebutkan nama Ahok disana.
3. Kenapa ketika seorang anak kecil ditanya jawabannya adalah Ahok? Sangat rasionalisasi jika jawabannya adalah karena Ahok satu-satunya gubernur hebat yang mereka kenal. Karena jelas logika tidak nyambung terjadi disana. Karena mereka juga tidak mungkin menyebutkan Ali Sadikin atau yang lainnya yang tidak hidup dizaman mereka. Namun setidaknya ini memberikan kita sebuah pandangan dan gambaran bahwa nama seseorang itu akan selalu dikenang jika memang dia memiliki karya. Umur berapapun seseorang yang ada di bangsa ini pasti akan mengetahui jika disebutkan nama Soekarno-Hatta. Ahok, yang merupakan mantan Gubernur DKI yang sedang dipenjara setidaknya masih memiliki memory didalam benak anak kecil di daerah ibu kota Jakarta.
Bisa saja mereka mengingat Ahok karena sepak terjangnya yang galak, tapi bisa juga mereka mengenangnya karena disekitar mereka tampak bukti nyata sebuah perubahan yang telah dibuat oleh seorang Ahok. Hal inilah yang membuat kita harus memetik pelajaran, bahwa hidup untuk untuk berkarya, hidup itu untuk bermakna. Insya Allah kebermaknaan kita dan karya kita akan selalu dikenang dengan baik.
Semoga Bermanfaat
Terima kasih