simple hit counter

Pelaku Penganiayaan Tertangkap. Keluarga Joya Ingin Bertemu Pelaku Dan Ingin Tahu Kenapa Dibakar. Untuk Apa?

Seorang Sosiolog dibtelevisi yang menjelaskan kenapa masyarakat mampu bertindak kejam seperti pembakaran orang yang terjadi di Bekasi. Salah satu alasan yang dia ungkapkan adalah adannya emosi atau kemarahan yang bertumpuk-tumpuk yang mereka pendam yang ketika ada kejadian, mereka tidak mampu mengontrol kemarahan itu, lalu tersalurkan dengan satu tindakan brutal. Alasan laun adalah karena hilangnya kepercayaan warga pada aparat keamanan yang kemudian mendorong hasrat untuk melakukan tindakan “pengamanan” sendiri.

Lah? Kalau tindakan “pengamanan” yang dilakukan ternyata terbukti salah sasaran, dan 1 nyawa orang yang tidak bersalah melayang? Apa mereka bersedia menanggung biaya hidup keluarga yang ditinggalkan, seperti halnya istri, anak dan bayi yang sedang dikandungnya?

Penjelasan yang masuk akal. Kenapa tidak? Tapi penjelasn itu tetap bukan alasan untuk memaklumi tindakan barbar yang dilakukan sekelompok orang. Apalagi membenarkan, memangnya kita sudah gila?

Kepolisian telah menetapkan dua orang tersangka yang terlibat aksi pengeroyokan terhadap Muhammad Alzahra alias Joya alias Udin. Kedua tersangka itu adalah NA dan SU. Sementara teridentifikasi 5 tersangka lain yang diduga pelaku penyiram bensin, penyulut api dan yang melakukan pemukulan dengan benda tajam.

Menurut saya, seluruh warga yang ada dan menyaksikan aksi pembakaran itu juga semua harus dihukum karena mereka tifak melakukan pencegahan. Mereka mendukung dan membiarkan tindakan barbar tersebut.

Tidak ada alasan pembenaran perbuatan main hakim sendiri termasuk perselusi. Semua pihak yang terlihat di tempat kejadian dan tidak melakukan tindakan pencegahan, harus ikut bertanggung jawab. Apalagi mendukung. “Ah, saya sih cuma nonton!”. Menonton? Menonton orang lain sedang dihabisi nyawanya? Bagaimana kalau itu terjadi pada kita?. “Wah saya ga berani mencegah karena takut”. Ya tidak usah sok pahlawan. Cukup telpon polisi atau mengajak warga lain yg waras untuk menghentikan aksi para setan. Kalau tidak bisa melakukan tindakan, jangan mendatangi tempat kejadian sekalian.

Kejadian pembakaran orang ini bukan yang pertama yang saya baca. Dulu waktu maraknya terjadi pencurian motor di Bogor, seorang laki-laki yang menrnteng motornya karena kehabisan bahan bakar, tiba-tiba diteriaki maling, dikejar, dipukul lalu dibakar. Tanpa ditanya apa siapa dan sedang apa dia disana. Hebat sekali bukan?

Saya melihat, mungkin inilah saatnya pemerintah dapat membuat aturan atau hukum atas kejahatan massal main hakim sendiri, seperti pembakaran orang, pengeroyokan dan persekusi. Memang tidak mudah untuk menentukan jenis hukuman tapi kalau untuk menentukan siapa-siapa yang menjadi pelaku dan mendudukan meeka dikursi tersangka sangatlah mudah.

Tujuan dari hukum ini adalah untuk pencegah dengan membuat masyarakat berpikir 10 kali sebelum memutyskan untuk MENONTON adegan penganiayaan secara live di depan mata.

Dalam agama Islam juga dikenakan hukuman dosa bagi mereka yang tidak melakukan pencegahan atas pembunuhan mahluk ciptaan Tuhan, bukan? Kalau mereka orang beragama, harusnya lebih takut pada aturan Tuhan dan melakukan pencegahan.

Sementara pihak keluarga Joya disamping mengapresiasi kinerja kepolisian yang telah menangkap pelaku penganiayaan, mereka juga berharal dapat menatap langsung wajah-wajah orang yang telah tega memkabar anggota keluarganya. Keluarga Joya penasaran untuk mendengarkan sendiri apa yang menjadi alasan mereka main hakim sendiri. Walaupun menurut saya pribafi hal ini bukanlah ide yang baik.

Untuk apa mengetahui alasan dibalik penganiayaan? Bagaimana jika kemudian menimbulkan amarah karena nurani tidak mampu menerima dan memahami penjelasan dari si pelaku? Tidak ada seorang manusia yang waras dapat menerima alasan dari tindakan yang brutal.

Saya saran untuk keluarga korban adalah biarkan pengadilan dan peradilan yang menangani masalah ini. Keluarga cukup fokus pada langkah selanjutnya untuk meneruskan hidup tanpa suami tercinta. Jangan menganggu pikiran dengan berkeinginan bertatap muka dengan si pencabut nyawa suami. Percaya, itu akan mengganjal.

Saya yakin, dipihak para pelaku pun , kalau mereka tidak gila,  sudah ada rasa penyesalan karena tindakan spontan ini ternyata tindakan pengikut bisikan setan. Rasa penyesalan ini jauh lebih menyakitkan karena tidak akan pernah bisa mereka lupakan. Apalagi status mereka sekarang adalah “pembunuh brutal”. Mereka akan mengisi hidupnya dengan berdoa untuk membersihkan diri dari dosa.

Mereka tidak seperti warga pendukung FPI yang tidak merasa menyesal sudah melakukan penganiayaan atau persekusi terhadap anak dibawah umu hanya untuk alasan membela seorang pecundang yang sedang minggat.

Ref. http://m.liputan6.com/news/read/3050456/keluarga-ingin-lihat-wajah-pembakar-pria-hidup-hidup-di-bekasi

Pelaku Penganiayaan Tertangkap. Keluarga Joya Ingin Bertemu Pelaku Dan Ingin Tahu Kenapa Dibakar. Untuk Apa? | admin | 4.5