Posisi Al-Aqsa dalam Konflik Palestina-Israel

Kompleks Masjid Al-Aqsa
Salam, kisruh kembali terjadi di Masjid Al-Aqsa. Ketegangan ini membuat media internasional kembali memberitakan masalah utama Timur Tengah yang sebenarnya. Dengan adanya masalah ISIS, blokade Qatar masalah konflik Palestina-Israel seolah terlupakan. Padahal, masalah konflik Palestina-Israel kerap kali didengungkan sebagai masalah utama di kawasan. Konflik Palestina-Israel merupakan salah satu konflik terbesar di kawasan Timur Tengah, yang selalu menarik perhatian dunia internasional (Graaf 2008:7). Kisruh di kompleks Masjid Al-Aqsa membuat masalah konflik Palestina-Israel kembali ke posisinya. Hal ini telah menarik simpati masyarakat internasional.
Lebih jauh, sebelumnya, pada tahun 2000, Perdana Menteri (PM) Israel saat itu, Ariel Sharon, mengunjungi Masjid Al-Aqsa. Akibat dari kunjungan tersebut, peristiwa Intifada kedua pun terjadi. Intifada adalah gerakan perlawanan rakyat Palestina terhadap pendudukan Israel. Intifada telah terjadi beberapa kali. Intifada pertama kali terjadi diawali pada tahun 1987. Tujuan intifada adalah untuk mengakhiri pendudukan ilegal dan mendirikan negara Palestina. Kunjungan Sharon memancing kemarahan warga Palestina di seluruh Palestina. Akhirnya bentrokan antara demonstran Palestina dan Pasukan keamanan Israel tidak terelakkan di Jalur Gaza dan Tepi Barat (Allen 2008:455).
Dalam aksi demonstrasi tersebut, demonstran melempari pasukan Israel dengan batu. Tetapi, pasukan Israel membalas dengan peluru baja dan peluru tajam. Setelah itu, terjadi saling serang antara pasukan Palestina dan pasukan Israel. Pasukan Israel membalas serangan senjata kecil pasukan Palestina dengan tangki baja. Selain itu, pasukan Israel juga melakukan penembakan terhadap warga sipil di di Tepi Barat dan jalur Gaza. Lalu, konflik semakin meningkat setelah terjadi bom bunuh diri oleh warga Palestina di pemukiman Israel (Allen 2008).
Lebih lanjut, intifada kedua berlangsung terus menerus hingga beberapa tahun berikutnya. Bahkan, pada 2002, pasukan Israel menyerang secara besar-besaran ke wilayah Palestina. Selama periode 2000-2002, lebih dari 5.600 orang tewas, 4600 diantarnya warga Palestina (diantaranya 940 anak) dan 1000 warga Israel (diantaranya 129 anak-anak dan 326 pasukan keamanan) (Allen 2008:455). Ya, peristiwa Al-Aqsa pada tahun 2000 ini, berdampak sangat besar. Setelah intifada kedua meletus, pada 2002-2003, AS kembali bersama Uni Eropa, Rusia, dan PBB, menghidupkan kembali proses perdamaian Palestina–Israel.
Ya, Al-Aqsa memang memang memiliki posisi utama dalam konflik Palestina-Israel. Di luar peristiwa yang saat ini terjadi ataupun di atas, kompleks Al-Aqsa adalah hal utama yang diperebutkan Palestina dan Israel. Sementara, menurut Resolusi PBB, kompleks Al-Aqsa adalah entitas internasional tersendiri (Sabel 2010:411-412). Palestina maupun Israel telah melanggar hukum internasional terkait hal ini. Tetapi kedua negara tetap mendeklarasikan kompleks Al-Aqsa bagian dari wilayah mereka.
Kompleks Al-Aqsa adalah tanah suci. Penulis berharap bentrokan Al-Aqsa yang terjadi belakangan ini tidak menimbulkan kekacauan besar dan panjang seperti pada tahun 2000. Peristiwa ini menjadi alarm bagi seluruh negara. Konflik Palestina-Israel telah berlangsung selama 70 tahun lebih. Semoga peristiwa Al-Aqsa menghidupkan kembali proses perdamaian konflik Palestina-Israel. Proses perdamaian ini membutuhkan kerjasama masyarakat internasional. Konflik Palestina-Israel semakin memasuki tahap yang tidak menentu bagi masa depan bangsa Palestina. Proses perdemaian yang buntu, pembangunan pemukiman ilegal di Palestina oleh Israel, dan serangan bersenjata yang dilakukan pemerintah Israel terhadap penduduk Palestina belum kunjung berhenti.
Selanjutnya, masalah Palestina tidak akan selesai jika konflik Palestina-Israel terus berlangsung. Jika proses perdamaian tidak dihidupkan kembali, maka kisruh di Al-Aqsa akan terus terjadi . Jika kembali melihat ke belakang, kejadian-kejadian terkait konflik Palestina-Israel di sekitar Al-Aqsa memiliki kekuatan “hebat”. Peristiwa Intifada kedua telah meningkatkan rasa simpati masyarakat Timur Tengah terhadap Palestina. Penulis berharap kisruh Al-Aqsa saat ini meningkatkan rasa simpati semua negara terhadap konflik Palestina-Israel.
Perlu adanya kerja-sama seluruh negara untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel. Jika dibiarkan, maka depan bangsa Palestina semakin sulit. Palestina terus mengalami krisis ekonomi dan ketidak-stabilan politik domestik. Berlarut-larutnya konflik Palestina-Israel menimbulkan ketidak-pastian dan kehawatiran dalam kawasan (Kamrava 2012:90). Berlarut-larutnya konflik ini akan terus mengganggu stabilitas dalam kawasan Timur Tengah.
Jika dibiarkan, bukan tidak mungkin konflik ini akan mengancam stabilitas dunia. Penyebaran faham anti Israel, boikot produknya tidak akan menyelesaikan masalah ini. Pada periode 2010-2012, boikot sudah pernah didengungkan. Namun, saat ini konflik Palestina-Israel masih berlangsung. Selain itu, berlanjutnya konflik ini tidak hanya mengancam keberadaan situs-situs di kompleks Al-Aqsa, tetapi juga juga Al-Quds (Yerusalem) secara keseluruhan. Salam Damai.